Senin, 17 November 2008

PERAYAAN EKARISTI PERPISAHAN DENGAN MGR. FX PRAJASUTA, MSF

Sebelum meninggalkan Keuskupan Banjarmasin menuju tempat tinggalnya yang baru di Wisma Ventimiglia di Jl. Colombo No. 6 Yogyakarta, Bp Uskup Emeritus, Mgr. FX Prajasuta berkenan mempersembahkan perayaan ekaristi Minggu pagi pada tanggal 16 November 2008 di paroki Kelayan. Romo Allparis yang mendampingi Mgr. FX Prajasuta mengatakan bahwa perayaan ekaristi pada pagi itu adalah untuk bersyukur atas karya Mgr. FX Prajasuta yang selama 25 tahun telah mendampingi umat di Keuskupan Banjarmasin sekaligus untuk pamitan.
Dalam homilinya, Mgr. FX Prajasuta mengajak umat untuk mensyukuri kebaikan Allah. Merenungkan perayaan ekaristi atau perayaan syukur merupakan waktu hening yang sangat baik untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Melihat perkembangan paroki Kelayan dari masa ke masa, tentu kita tahu bagaimana perkembangan gereja. Dari gereja yang sederhana menjadi gereja yang besar seperti sekarang ini, kita patut mensyukuri kebaikan Tuhan.
Pada kesempatan tersebut Mgr FX Prajasuta berterima kasih dan menyatakan penghargaan kepada:
- Umat di paroki Kelayan atas kebaikan-kebaikannya.
- Para pastor, biarawan dan biarawati yang mendampingi umat.
- Umat yang telah berbuat banyak dalam berkarya di paroki, terutama pada umat yang setia mendoakan beliau.
- Umat yang menerima beliau sebagaimana adanya. Menyadari bahwa banyak kesalahan dalam pelayanan beliau, beliau minta maaf pada seluruh umat.
Untuk meningkatkan kehidupan umat di paroki agar keuskupan Banjarmasin semakin berkembang, maka Mgr FX Parajasuta mengharapkan beberapa hal sbb:
- Keluarga-keluarga sungguh-sungguh berusaha untuk menjadi keluarga Katolik yang baik. Orang tua tidak hanya memberikan nasihat atau teladan, tapi juga menciptakan suasana Kristiani dalam keluarga dengan membiasakan doa dalam keluarga.
- Agar anak-anak berbahagia, maka suami dan istri hendaknya saling mencintai satu sama lain.
- Perlu ada kebanggaan dan kegembiraan menjadi murid-murid Kristus. Kebanggaan dan kegembiraan ini diwujudkan dengan mewartakan Kristus pada orang lain sehingga paroki Kelayan menjadi paroki yang misioner, baik dalam keluarga, lingkungan kerja dan masyarakat.
- Umat saling mendoakan satu sama lain dan terutama mendoakan para pastor, biarawan, biarawati agar mereka semakin dekat pada Tuhan.
- Di paroki Kelayan, kegiatan sangat banyak, namun demikian persatuan dan kerukunan harus di atas segala-galanya.
Pada akhir homilinya, Mgr FX Prajasuta menyatakan bahwa beliau akan selalu ingat pada umat keuskupan Banjarmasin, terutama dalam doa-doanya.
Setelah doa penutup, ketua I Dewan Paroki, Bp. Willy Sebastian dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas pelayanan Mgr FX Prajasuta di keuskupan Banjarmasin, dan sebagai tanda kasih umat di paroki Kelayan, 7 ketua wilayah memberikan kenang-kenangan pada Mgr FX Prajasuta pada kesempatan tersebut.
Setelah perayaan ekaristi berakhir, umat diberikan kesempatan untuk mengucapkan selamat jalan pada Mgr FX Prajasuta di depan pastoran. (smr)

Rabu, 12 November 2008

PERAYAAN EKARISTI ULANG TAHUN PAROKI KE 69


“Hari ini kita merayakan ulang tahun paroki ke 69 dengan perayaan ekaristi. Mengingat beberapa kegiatan sebelumnya yang sangat padat, maka ulang tahun paroki kali ini kita rayakan secara sederhana. Tanpa soto dan tanpa sate! Kita bersyukur atas penyertaan Tuhan sepanjang 69 tahun perjalanan paroki. Pada kesempatan ini kita juga mengenang perjuangan para pendahulu kita, baik uskup, pastor, suster, bruder dan awam yang telah membangun dan berjuang sehingga paroki tumbuh menjadi seperti sekarang ini.” Demikian kata pembukaan dari romo Allparis pada perayaan ekaristi ulang tahun paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda yang dilaksanakan pada tanggal 11 November 2008 pukul 19.00 WITA.
Sebagian besar bangku gereja dipenuhi oleh umat yang hadir pada perayaan ekaristi ulang tahun paroki yang dipimpin oleh romo Allparis dan romo Lioe Fut Khin itu. Beberapa umat secara sukarela mengisi bangku koor untuk memadahkan pujian yang diiringi dengan organ yang dimainkan oleh Kevin. Bacaan pertama dibawakan oleh Bp. Fl. Sudarmo.
Dalam homilinya, romo Fut menyatakan kekagumannya pada umat yang hadir saat itu karena tidak menyangka bahwa hampir seluruh bangku gereja terisi. Dengan banyaknya umat yang hadir berarti banyak orang yang mencintai paroki dan pada malam itu semua bersama-sama berdoa, bersyukur dan merenungkan penyertaan Tuhan.
Umur 69 tahun, Kalau dilihat menurut ukuran perjalanan manusia merupakan umur yang cukup tua. Seseorang yang sudah tua biasanya hidup dalam kesederhanaan namun sehat dalam iman. Dalam bacaan pertama yang diambil dari Titus 2:1-8,11-14 terdapat nasihat terhadap perempuan-perempuan tua yang hendaknya hidup dengan banyak berdoa, tidak memfitnah dan tidak menjadi hamba anggur. Yang tua hendaknya dapat memberi nasihat dan teladan. Dalam hidup berjemaat, umat yang sudah tua pun masih punya arti dan berguna untuk perkembangan paroki dan iman umat karena yang muda masih memerlukan nasihat dari mereka.
Ada pepatah pada renungan hari Pahlawan, tgl 10 November 2008 kemarin, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya.” Dari pepatah ini muncul ide untuk memberikan penghargaan pada orang-orang yang sudah berjasa bagi paroki kita. Ada banyak orang-orang yang telah berjasa pada perkembangan paroki karena pelayanan, pengabdian, teladan dan cintanya, baik itu pastor, katekis maupun awam. Untuk itu umat diminta menulis tentang orang-orang tersebut beserta fotonya dan mengirimkan ke Bupar untuk dimuat.
Selanjutnya romo Fut mengajak umat memohon dan berdoa pada Tuhan agar kita semua makin mencintai gereja dan Tuhan. (smr)