Minggu, 14 Desember 2008

Perayaan Ekaristi Keluarga

Perayaan ekaristi keluarga di bulan Desember 2008 diadakan pada Jumat minggu kedua, tepatnya pada tanggal 12 Desember 2008 dipimpin oleh romo Aloysius Lioe Fut Khin, MSF. Koor dan iringan musik dibawakan oleh komunitas ME Keuskupan Banjarmasin dan anggota koor PSP Serafim. Secara khusus, pasangan suami istri yang merayakan ulang tahun perkawinannya di bulan Desember didoakan pada perayaan ekaristi tersebut.
Dengan mengambil bacaan Kitab Suci dari Yesaya 48:17-19 dan bacaan Injil dari Matius 11:11-15, romo Fut menguraikan bahwa dalam Injil ada satu hal yang tidak disukai Yesus, yaitu para kritikus dan komentator. Orang Yahudi dikecam oleh Yesus karena mereka hanya omong dan mengkritik tanpa mau terlibat. Yesus mau kita tidak melakukan hal-hal seperti ini. Hendaknya dalam berbicara kita menyampaikan hal-hal positif, menyatakan dukungan dan membesarkan hati orang lain. Hal itu jelas akan lebih membangun dan berfaedah dibandingkan hanya omong yang jelek-jelek. Demikian juga terhadap anak, bila kita selalu berkata yang negatif terhadap anak kita, maka anak akan menjadi rendah diri.
Yesus ingin kita lebih banyak berbuat dan terlibat daripada sekedar berkata-kata. Banyak kata-kata belum tentu membuktikan bahwa kita lebih pandai dan lebih baik dari orang lain. Oleh karena itu marilah kita mohon dalam masa adven ini kita sungguh-sungguh bertobat, khususnya atas dosa-dosa yang muncul dari lidah yang tak terkendali.
Setelah homili, romo Fut mengundang pasangan suami istri yang merayakan ulang tahun perkawinannya di bulan Desember untuk memperbaharui janji perkawinannya dan didoakan. Mereka adalah: Anastasi-Heri, Yani-Pur, Lis-Markus, Nining-Anton.
Bagi pasangan suami istri yang hari ulang tahun perkawinannya jatuh pada bulan Januari, diharapkan bisa hadir dan didoakan secara khusus dalam perayaan ekaristi keluarga pada hari Jumat, 9 Januari 2009 pukul 18.00 WITA. (smr)

Misa Hari Raya Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, Pelindung Paroki

“Hari Raya Santa Perawan Maria yang Terkandung Tanpa Noda merupakan peringatan akan janji Allah yang menyelamatkan manusia melalui Bunda Maria. Dalam perayaan ekaristi kali ini memohon agar tetap dalam lindungan Bunda Maria dan setia pada putra-Nya.” Demikian kata pembukaan romo Lioe Fut Khin dalam perayaan ekaristi Hari Raya Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, pelindung paroki Kelayan. Sebagian besar bangku gereja terisi oleh umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi yang diadakan pada hari Senin, 8 Desember 2008 pukul 18.00 WITA tersebut. Seperti pada misa harian, perayaan ekaristi berlangsung tanpa iringan musik, koor dan petugas khusus.
Romo Fut yang saat itu memimpin perayaan ekaristi, dalam homilinya menyatakan bahwa ajaran Bunda Maria Yang Terkandung Tanpa Noda menjadi dogma pada tanggal 8 Desember 1954 oleh Paus Pius IX. Sebelum ajaran itu menjadi dogma, Paus telah mengumpulkan pendapat dari seluruh dunia dan dimana-mana umat telah mempercayai bahwa Maria dikandung tanpa noda. Jadi sebenarnya dogma tersebut muncul dari “bawah” dan dipercayai bahwa Roh Kudus bekerja pada orang-orang Katolik yang beriman.
Namun demikian kemudian terjadi hambatan terhadap dogma tersebut, dimana pada abad 19 muncul paham anti gereja oleh kaum intelektual. Mereka mentertawakan dogma tersebut, apalagi pada saat itu muncul teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia merupakan keturunan monyet.
Empat tahun setelah dogma tersebut ditetapkan atau 150 tahun yang lalu, Bunda Maria berkenan meneguhkan iman umat dengan menampakkan diri di Laurdes kepada Bernadette dan menyampaikan pesan supaya:
1. Berdoa bagi orang-orang berdosa agar bertobat.
2. Mendirikan gereja di tempat penampakan Bunda Maria.
Pada saat Bernadette menceritakan apa yang dialaminya dan menyampaikan pesan Bunda Maria pada pastor paroki agar mendirikan gereja di sana, pastor paroki tersebut tidak percaya. Setelah 16 kali Bernadette menghadap pastor paroki, akhirnya pastor itu bertanya, siapa sesungguhnya “Madam” yang selalu diceritakan Bernadette dan menyuruhnya supaya mendirikan gereja di sana. Maka Bernadette yang saat itu masih berumur 14 tahun bertanya pada “Madam” yang menampakkan diri padanya dan memperoleh jawaban, “Maria Immaculata Conspcio.” Pastor kaget atas jawaban itu karena baru 4 tahun istilah tersebut didogmakan. Pastor itu diyakinkan bahwa penampakan tersebut merupakan Bunda Maria sehingga dia kemudian menjadi pembela bagi Bernadette
Pada saat ini, dalam situasi orang-orang mencibir gereja, Bunda Maria tetap meneguhkan umat meskipun itu dengan maupun tanpa mujizat. Bunda Maria tetap membela gereja, keluarga dan kita yang berdevosi padanya. Bunda Maria Yang Terkandung Tanpa Noda bukan merupakan takdir. Tuhan menghormati kebebasan Bunda Maria dan Bunda Maria menanggapi dengan pernyataan, “Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.”
Selanjutnya romo Fut mengajak umat untuk mohon pada Bunda Maria agar menjadi Bunda Gereja kita dan pelindung bagi kita serta menjadi pengantara segala rahmat. (smr)

Kamis, 04 Desember 2008

KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN


Berdasarkan agenda keuskupan Banjarmasin, kursus persiapan perkawinan di bulan November ini dilaksanakan di Paroki Kelayan. Kursus yang dilaksanakan pada tanggal 29 November sampai dengan 1 Desember 2008 tersebut diikuti oleh 10 pasang plus 1 orang peserta dari paroki Kelayan, Katedral dan Veteran. Tujuan dari kursus persiapan perkawinan adalah membekali calon mempelai untuk dapat memahami arti dan makna perkawinan secara umum dan memahami kekhasan perkawinan Katolik sehingga diperoleh wawasan yang mendalam tentang ajaran Gereja Katolik mengenai perkawinan.
Materi yang diberikan meliputi Theologi dan Hukum Gereja dalam Perkawinan oleh Romo Lioe Fut Khin, Gender dan Pendidikan Nilai dalam Keluarga oleh Ibu Ida Harino, Pengaturan Keuangan Rumah Tangga oleh Bp. Andreas Sunarko, Seksualitas oleh Bp. A. Suharjo, Doa dan Sharing Kitab Suci dalam Keluarga oleh Kel. Antonius DN, Relasi dan Komunikasi dalam Perkawinan oleh pasutri Siauw Siauw-Gunadi serta Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga oleh dr. Wina Kartika. Kursus ditutup pada tanggal 1 Desember 2008 oleh Romo Allparis dengan pembagian sertifikat kepada seluruh peserta. (smr)