Selasa, 27 Januari 2009

PERTUNJUKAN BARONGSAI OLEH KOMKA


Usai misa Imlek (26/1/09) umat berkumpul di halaman belakang gereja untuk menyaksikan pertunjukan barongsai yang dimainkan oleh Komunitas Muda Katolik (KOMKA) Paroki, dalam usaha mereka untuk menghimpun dana pengadaan peralatan band. Umat mengelilingi tempat atraksi barongsai sambil menyodorkan angpau yang ditalikan dibilah pancing. Barongsai akan beratraksi “berdiri” melonjak, satu persatu angpau dilahap oleh 2 barongsai besar ditambah 1 barongsai kecil yang dimainkan secara bergantian oleh Bisma, Aristo dan Amel.

Pukul 20.00 Wita, gerimis mulai turun dan pertunjukan dihentikan. Beberapa saat kemudian anak-anak Komka mempersiapkan diri dan kembali berangkat untuk melakukan atraksi keliling dari rumah ke rumah. Salut untuk kerja keras Komka!

(smr)

Senin, 26 Januari 2009

MISA IMLEK


Mempertahankan identitas untuk melengkapi keragaman

Warna merah pada hiasan altar, lampion dan lampu mendominasi gereja pada misa Imlek yang diselenggarakan pada hari Senin, 26 Januari 2009 pukul 18.00 Wita. Sebagian besar bangku diisi oleh umat yang pada umumnya memakai baju merah. Anggota paduan suara Serafim pun mengidungkan lagu-lagu bergaya Mandarin dengan seragam merahnya. Nuansa merah membuat suasana misa yang dipimpin oleh romo Allparis dan romo Fut menjadi semarak. Pastor Sinema, MSF, romo Teddy Aer, MSF, serta beberapa keponakan Mgr Demarteau nampak hadir di bangku umat.

Bacaan Kitab Suci dan Injil diambil dari bacaan hari itu, yaitu dari Roma 8:28-39 dan Mat 7:7-11. Romo Fut memulai homilinya dengan sebuah pertanyaan, “Mengapa kita merayakan Imlek?” Di tempat asalnya, Imlek dirayakan untuk mensyukuri pergantian orang Cina dan ingin mempertahankan identitas kita. Seperti juga bangsa Israel yang mengalami pembuangan di Babel, mereka mempertahankan identitas mereka dengan sunat dan ibadat pada hari Sabat. Namun demikian ke-Cina-an bukan untuk kepentingan diri kita sendiri atau membentuk kelompok eksklusif, tetapi justru kita semakin menyadari keunikan masing-masing dan melengkapi yang lainnya sehingga hidup bersama menjadi lebih baik.” Romo Fut mensharingkan pengalamannya dibesarkan dalam budaya leluhur masyarakat Tiong Hoa. 

Lebih lanjut Romo Fut memperdalam pertanyaan,“Lalu mengapa kita merayakan misa Imlek?” : ”Itu karena kita ingin mendekatkan diri pada Tuhan dan kita mohon supaya tahun yang baru ini dapat kita masuki dengan penuh iman dan harapan. Bacaan Injil tadi mengajak kita untuk menyampaikan permohonan pada Tuhan. Seperti kita ketahui bahwa tahun ini merupakan tahun yang sulit, usaha banyak yang tutup, orang kehilangan perkerjaan. Namun demikian, sebagai orang beriman, jangan sampai kita dikuasai ketakutan dan kekawatiran.”

Menutup homilinya, Romo Fut mengajak,”Sebagai orang Katolik kita menghargai budaya yang tidak bertentangan dengan iman kita. Nilai-nilai positif kita ambil dan yang tidak benar kita singkirkan. Semoga perayaan Imlek menjadikan kita bangga dengan ke-Cina-an kita tapi tidak menjadikan sombong dan marilah kita gunakan keunikan kita untuk melengkapi keragaman.”

Setelah berkat penutup, romo Allparis dan romo Fut membagikan angpau kepada anak-anak, remaja, kaum muda, anggota koor, dan umat yang belum/tidak menikah. (smr)

CATATAN HOMILI MINGGU BIASA III: “SERUAN UNTUK BERTOBAT”

Homili oleh: Romo Lioe Fut Khin, MSF

Bacaan: Yunus 3:1-5, 10; 1 Kor 7:29-31; Markus 1:14-20


Ada pepatah mengatakan, “Kalau kamu lahir miskin itu bukan salahmu, tapi kalau kamu mati miskin itu salahmu.” Atau “Kalau kamu lahir di kandang itu bukan salahmu, tapi kalau kamu mati masuk neraka itu adalah salahmu.” Ada waktu antara lahir sampai kita mati dan itulah yang menentukan seperti apa diri kita atau itu semua merupakan tanggung jawab kita.

Dalam bacaan Kitab Suci dinyatakan bahwa waktunya singkat atau waktunya telah genap, dan supaya kita jangan terikat pada hal-hal duniawi. Kalau kita masih punya waktu, apa yang akan kita lakukan?

  1. Amal belum tentu berkenan pada Tuhan. Yang dikehendaki Tuhan adalah berbuat sesuatu yang dilandasi kasih.
  2. Bertobat tidak hanya meninggalkan perbuatan jelek, tapi juga mempergunakan setiap kesempatan sebaik-baiknya untuk mewartakan kasih Tuhan.

Kalau kita berdoa meminta sesuatu, yang diberikan Tuhan pada kita adalah kesempatan. Contohnya kalau kita berdoa minta kesabaran, maka kita tidak tiba-tiba menjadi orang sabar. Yang Tuhan berikan pada kita adalah kesempatan untuk bertemu orang-orang yang menjengkelkan. Karena waktunya singkat, kita harus menyadari bahwa waktu tidak akan berulang sehingga kita mempergunakan kesempatan untuk berbuat kasih dengan sebaik-baiknya.

Banyak orang memerlukan perhatian dan ini merupakan kesempatan bagi kita untuk memberikan perhatian kepada mereka. (smr)

Minggu, 11 Januari 2009

AWALILAH TAHUN 2009 DENGAN PENUH KEDAMAIAN


Gua Natal Gereja St. Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda

Misa Keluarga Januari 2009


Di awal tahun 2009 ini, perayaan ekaristi keluarga diadakan pada Jumat tanggal 9 Januari 2009 dipimpin oleh romo Allparis didampingi oleh romo Lioe Fut Khin. Koor dan iringan musik dibawakan beberapa umat yang saat itu hadir dalam perayaan ekaristi tsb.

Dalam kata pembukaan, romo Allparis menyatakan bahwa dalam perayaan ekaristi tersebut secara khusus akan didoakan pasangan suami istri yang merayakan ulang tahun di bulan Januari, baik yang hadir maupun yang tidak hadir dalam perayaan ekaristi tersebut.

Bacaan Kitab Suci yang diambil dari 1 Yohanes 4:19-5:4 dibacakan oleh pasutri Sri-Saverius. Bacaan Injil dari Lukas 4:14-22a. Dalam homilinya, romo Fut menguraikan bahwa kusta merupakan penyakit yang mudah menular dan penyakit itu diadu dengan kekuatan Yesus. Hal ini melambangkan 2 kekuatan berlawanan yang berperang, yaitu kekuatan kekudusan Yesus melawan dosa dan kenajisan, dan Yesus berhasil mengalahkan lawannya. Kisah penyaliban Yesus, dimana Yesus wafat dan bangkit juga menunjukkan kemenangan Yesus atas dosa dan dunia.

Dalam Injil dinyatakan bahwa “tidak ada yang mengalahkan dunia selain yang percaya bahwa Yesus adalah anak Allah. Dalam hidup sehari-hari seringkali kita menghadapi 2 kekuatan, yaitu kekuatan dunia dan kekuatan kekudusan. Untuk dapat mengalahkan kekuatan dunia, kita perlu menempa atau menggembleng hidup kita. Keluarga merupakan tempat yang tepat untuk menempa dan menggembleng hidup karena dalam keluarga kita dapat belajar mengalahkan keegoisan dan memperdalam jurus-jurus kasih. Untuk itu marilah kita secara khusus berdoa bagi keluarga-keluarga agar dapat mengalahkan kekuatan dunia.

Setelah homili, romo Fut mengundang pasangan suami istri yang merayakan ulang tahun perkawinannya di bulan Januari untuk memperbaharui janji perkawinannya dan didoakan. Mereka adalah: pasutri Lana-Herman, Wina-Erwin, Novita-Narko, Dadar-Rachmat, Florentina-Johni, Ernie-Sardjono serta Meme-Budi.

Bagi pasangan suami istri yang hari ulang tahun perkawinannya jatuh pada bulan Februari, diharapkan bisa hadir dan didoakan secara khusus dalam perayaan ekaristi keluarga pada hari Jumat, 13 Februari 2009 pukul 18.00 WITA. (smr)

Catatan Homili HR Penampakan Tuhan

Homili oleh: Romo Allparis,Pr. 3 Jan 2009
(Yes 60:1-6; Ef 3:2-3a.5-6; Mat 2:1-12)

Banyak orang bertanya-tanya tentang masa depannya. Oleh karena itu saat ini ada orang yang menawarkan ramalan dari tanggal lahir, nama, dsb.

Dalam bacaan Injil, orang majus melihat tanda bintang. Dengan segala ilmu, kepandaian dan kemampuan, mereka percaya akan tanda bintang di langit dan datang untuk menyembah. Mereka pun datang pada Herodes untuk mendapatkan informasi bayi yang dilahirkan, namun Herodes terkejut karena istrinya tidak ada yang melahirkan. Untuk itu Herodes mengumpulkan imam dan ahli-ahli Taurat. Jawaban dari imam-imam dan ahli Taurat membuat Herodes mendapatkan ancaman.

Dalam bacaan Injil tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa orang majus mempergunakan kemampuan dan pengetahuannya untuk mendekatkan diri pada Tuhan, sebaliknya Herodes, para imam dan ahli Taurat tidak menemukan Yesus meski memiliki pengetahuan dan ilmu.

Pada Hari raya Epifani atau penampakan Tuhan, kita diingatkan untuk selalu mencari kebenaran dalam Tuhan. Dalam hidup sehari-hari kita harus berani menyatakan bahwa Yesus adalah bintang dan hidup kita pun menjadi bintang bagi orang lain.(smr)