Kamis, 26 Februari 2009

PERATURAN PANTANG DAN PUASA 2009

1.   Hari Puasa tahun 2009 ini dilangsungkan pada hari Rabu Abu tanggal 25 Februari, dan Jumat Agung tanggal 10 April. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama masa Prapaskah sampai dengan Jumat Agung.

2.   Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berumur 18 tahun sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berumur genap 14 tahun ke atas.

 

3.   Puasa dalam arti yuridis, berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang dalam arti yuridis, berarti memilih tidak makan daging atau ikan atau garam, atau tidak jajan atau merokok.

      Karena peraturan puasa dan pantang cukup ringan, maka kami anjurkan, agar secara pribadi atau bersama-sama, misalnya oleh seluruh keluarga, atau seluruh Iingkungan, atau seluruh wilayah, ditetapkan cara puasa dan pantang lebih berat, yang dirasakan Iebih sesuai dengan semangat tobat dan matiraga yang ingin dinyatakan. Tentu saja ketetapan yang dibuat sendiri tidak mengikat dengan sanksi dosa.

 

4.   Hendaknya juga diusahakan agar setiap orang beriman kristiani baik secara pribadi maupun bersarna-sama mengusahakan pembaharuan hidup rohani, misalnya dengan rekoleksi, retret, latihan rohani, ibadat jalan salib, meditasi, dan sebagainya.

 

5. Salah satu ungkapan tobat bersama dalam masa Prapaskah ialah Aksi Puasa Pembangunan atau APP, yang diharapkan mempunyai nilai dan dampak pembaharuan pribadi, serta mempunyai nilai dan dampak peningkatan solidaritas pada tingkat paroki. keuskupan dan nasional.


Sumber: Media Keuskupan, Februari 2009



SURAT GEMBALA PRAPASKAH TAHUN 2009


Pemberdayaan Kesejatian Hidup

“Pemberdayaan Hubungan antar Umat Beriman”


Salam dan Berkat Apostolik!

 

Bapa-Ibu, saudara-saudari, 

Para Pastor, suster, bruder dan Frater serta seluruh umat di Keuskupan Banjarmasin yang terkasih.

 

1.       Kita baru saja menyelesaikan Muskerpas yang membicarakan beberapa hal yang perlu untuk arah dan rencana kerja kita ke depan, terutama untuk tahun 2009 ini. Di dalamnya diperhatikan masalah perutusan ke daerah Meratus yang menantang kita sebagai satu komunitas untuk terlibat membantu saudara-saudara kita yang “jauh” baik secara geografis maupun secara sosial budaya. Masalah kemiskinan, kesehatan, pendidikan dan terutama mendampingi mereka dalam memperjuangkan hak-hak mereka sebagai warganegara menjadi suatu perkerjaan yang mau tidak mau harus melibatkan semua pihak, mulai dari Komisi-komisi yang menjadi perangkat kerja keuskupan, kelompok-kelompok kategorial, kaum religius dan semua paroki serta seluruh umat.


 2.       Demikian juga dengan masalah kesehatan pada umumnya khususnya rencana program pemberantasan malaria dan HIV AIDS  yang menjadi sorotan dunia saat ini di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Selatan. Salah satu keputusan Muskerpas mengajak kita juga untuk terlibat, bukan saja karena kita berada di sini, tetapi terutama sebagai wujud kepedulian kita terhadap penderitaan sesama dan sedapat mungkin membantu banyak orang keluar dari jerat penderitaan tersebut.


 3.       Bukanlah suatu kebetulan bahwa tema APP kita tahun ini mengajak kita merefleksikan hubungan kita sebagai umat beriman yang berada ditengah-tengah kemajemukan. Kemajemukan ini menjadi suatu berkat bagi semua pihak yang terbuka dan berkehendak baik, karena dengan ini kita akan semakin diperkaya. Kita semua menghadapi masalah yang sama, masalah kemiskinan dan pemiskinan, masalah ketidakadilan dan lingkungan hidup, masalah saling curiga dan mementingkan kelompok, maka kita diajak untuk terbuka dan berani mengasihi, bahkan terutama mereka yang membenci kita (lih. Luk 6:32). Dengan mengasihi maka menjadi nyatalah bahwa kita mengenal Allah yang adalah kasih, sebab “barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah” (1 Yoh 4:8).


 4.       Dalam kasih itulah kita mau dan terbuka untuk bekerja sama dengan semua pihak, bukan saja ini akan meringankan pekerjaan kita satu sama lain, tetapi terutama rahmat yang tersembunyi di balik itu ialah kita akan semakin menyadari bahwa kita semua adalah saudara, dan bahwa kita saling membutuhkan dan dengan demikian kesejatian hidup yang didambakan semua orang akan menjadi semakin nyata, yakni sebagai citra Allah.


 5.       Rabu (25/02) adalah Hari Rabu Abu. Pada hari itu kita memasuki masa Prapaskah, masa puasa dan pantang. Kita ingin menjalani masa puasa dan pantang ini secara benar. Memang berpuasa dan berpantang menyangkut hal mengurangi makan dan minum. Namun intinya adalah pertobatan, kembali kepada Tuhan dan jalan-Nya serta mencari kesempatan untuk mewujudkan iman kita dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan tanda-tanda jaman. Salah satu tanda jaman yang amat jelas sekarang ini adalah rusaknya persaudaraan yang sejati. Hal ini mungkin akan diperparah menjelang dan selama pemilihan umum yang akan datang. Karena itulah dalam rangka Aksi Puasa Pembangunan, pada lingkup nasional tahun ini, kita diajak untuk mendalami tema “Kesejatian Hidup Dalam Pemberdayaan Hubungan antar Umat beriman”. Pada lingkup Keuskupan kita, kita diajak mengembangkan pemikiran dan gerakan “siap diutus membawa kasih.” Pertama-tama diutus “ke dalam Komunitas” untuk mengalami kasih Tuhan, dan kemudian “ke luar” membawa kasih itu ke dunia yang membutuhkannya.


 6.       Kesempatan ini juga menjadi kesempatan bagi kita selama masa Prapaska untuk mempersiapkan diri kita menyambut perayaan Paskah, perayaan dasar iman kita. Sambil merenung dan refleksi kita membangun niat untuk melakukan yang lebih baik lagi bagi Tuhan dan sesama, maka hasil APP yang kita kumpulkan menjadi wujud nyata niat baik kita itu, yang nanti setelah dikumpulkan akan dikirimkan 30% ke KWI dan 70% untuk menunjang rencana kerja kita ke Meratus dan peningkatan sosial ekonomi mereka yang sangat membutuhkannya.


 7.       Akhirnya, saya mengajak agar sejauh mungkin Bapak/Ibu/Para Pastor/Suster/ Bruder dan Saudara sekalian ikut hadir dan terlibat dalam pertemuan-pertemuan di Komunitas masing-masing dalam rangka masa Prapaskah ini. Semoga dengan demikian persaudaraan semakin diteguhkan. Yang karena berbagai alasan tidak mungkin hadir dalam pertemuan-pertemuan seperti itu, diharapkan juga dapat mengisi masa penuh rahmat m secara kreatif. Terima kasih atas segala bentuk peran serta dan keterlibatan dalam pelayanan di paroki maupun di Keuskupan. Berkat Tuhan melimpah untuk keluarga-keluarga dan komunitas kita. Dan semoga Tuhan meneguhkan persaudaraan pekerjaan, pengabdian dan seluruh niat-niat baik kita.

 

Banjarmasin,  25 Februari 2009


 Mgr. Petrus Boddeng Timang

Uskup Keuskupan Banjarmasin


Rabu, 25 Februari 2009

PERAYAAN EKARISTI KELUARGA BLN FEBRUARI 2009

        Perayaan ekaristi keluarga di bulan Februari 2009 diadakan pada hari Jumat tanggal 13 Februari 2009. Dalam perayaan ekaristi yang dipimpin oleh romo Allparis dan romo Fut,  delapan pasang suami istri yang merayakan Hari Ulang Tahun Perkawinan di bulan Februari diberikan berkat khusus dan memperbaharui janji perkawinan. Mereka adalah: Merry-Koco, Hiana-Redy, Ratna-Anton, Andri-Basuki, Lia-Willy, Rosa-Pangky, Lian-Sindhu, Pie-Djemie.

        Dengan mengambil bacaan Kitab Suci dan Injil pada hari itu, yakni dari Kitab Kejadian 3:1-8 dan Markus 7:31-37, dalam homilinya romo Fut menggarisbawahi kalimat “ Ia menjadikan segala-galanya baik.” Dalam Injil Markus dinyatakan bahwa orang-orang takjub pada Yesus dan akan karya-Nya. Kalimat itu juga ada dalam kisah penciptaan (Kej 1:31). Allah telah membuat segala sesuatunya amat baik, namun dosa manusia telah merusak segalanya. Dosa Adam dan Hawa adalah pada motivasi atau ambisi mereka ingin menjadi seperti Allah. Dosa ini kemudian berulang-ulang dilakukan oleh manusia sampai sekarang dalam bentuk kesombongan, keegoisan, dsb. Namun Yesus melakukan yang sebaliknya, yakni merendahkan diri sehabis-habisnya. Dalam hal demikian sangat baik bagi kita untuk berbuat seperti Yesus dalam hal kerendahan hati, kesempurnaan dan kasih.

        Dalam hidup berkeluarga, bila ada pertengkaran itu berarti dosa asal terulang kembali karena kita hanya memikirkan diri sendiri, egois dan mau menang sendiri.

        Orang tercengang akan Yesus karena Ia menjadikan segala-galanya baik. Kalau kita mengundang Yesus dalam keluarga kita, Ia akan menjadikan segalanya baik.

         Menutup homilinya, romo Fut mengajak umat untuk mendoakan pasangan suami istri yang merayakan ulang tahun perkawinan agar makin diteguhkan dan dapat menjadi saksi-saksi Kristus.

         Setelah homili, romo Fut mengundang pasangan yang merayakan ulang tahun perkawinan di bulan Februari untuk memperbaharui janji perkawinan.

(smr)