Kamis, 10 Maret 2011

Surat Gembala Prapaskah 2011: MENJADI MANUSIA SEJATI SEPERTI YESUS



Kepada Para Imam, Biarawan-biarawati dan seluruh Umat Keuskupan Banjarmasin di mana pun mereka bertempat tinggal,

Salam sejahtera bagi Anda sekalian,

1. Masa Puasa atau Masa Prapaskah tahun ini dimulai pada hari Rabu Abu tanggal 9 Maret 2011 dan berakhir pada hari Minggu Paskah 24 April 2011. Masa untuk memenuhi kewajiban menyambut komuni pada Masa Paskah (perintah kelima dari “Lima Perintah Gereja”) berakhir pada hari raya Tritunggal Mahakudus tanggal 19 Juni 2011. Tema Masa Prapasakah 2011 ini ialah ”Pemberdayaan Kesejatian Hidup: Kesejatian Dalam Mewujudkan Diri”. Dengan tema ini dibulatkanlah rangkaian tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang digumuli sejak tahun 2007 yaitu berturut-turut mengenai pemberdayaan hidup bersama dalam masyarakat, dalam komunitas, dalam keluarga dan dengan lingkungan hidup. Masyarakat, komunitas dan keluarga akan berdaya, hubungan dengan lingkungan hidup akan serasi, bersifat memelihara dan membangun apabila setiap pribadi kristiani menjadi insan yang memberdayakan dirinya, yang menyadari dan bangga akan martabatnya.

2. Selama Masa Prapaskah ini kita mengikuti pendalaman iman, membina sikap tobat, berpuasa dan berpantang, beramal kasih dan lebih tekun lagi dalam doa-doa kita. Semuanya untuk semakin menyadari dan mewujudkan jati diri kita yang sesungguhnya yaitu sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi yang diciptakan “menurut gambar-Nya” (Kej 1: 27) dan ditetapkan sebagai wali-Nya untuk menguasai, mengatur dan memelihara makhluk ciptaaan lainnya (Kej 1: 28; 2: 20). Martabat manusia yang sudah sedemikian luhur itu menjadi semakin paripurna dengan pembaptisan yang olehnya kita diangkat menjadi “anak-anak Bapa di sorga” (Mat 5: 45) dan karenanya dijelmakan oleh-Nya sebagai “bait Allah” dan “kediaman Roh Kudus” (1 Kor 3: 16)! Manusia dengan jati diri semulia itu dipanggil untuk menjadi “sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat 5: 48).

3. Kita patut bangga dan berbesar hati dengan martabat kristiani itu dan karenanya selalu tampil penuh percaya diri dan sukacita di mana pun dan kapan pun. Bagaimana mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga, komunitas gerejawi dan masyarakat umum? Ada berbagai macam cara. Pertama-tama dengan mengikuti Yesus dan menjadi murid-Nya yang setia dan bergaul secara mesra dengan-Nya setiap hari dalam penerimaan Sakramen-sakramen, doa-doa baik bersama mau pun secara pribadi dan dalam pengamalan kasih baik antar pribadi mau pun dalam komunitas. Siapa bergaul dengan Yesus akan memantulkan sinar kemuliaan Yesus dari wajahnya dan akan mengamalkan kasih-Nya dengan tekun dan penuh sukacita. Orang yang dengan setia mendengarkan Sabda Yesus akan semakin erat bersatu dengan-Nya dan semakin menikmati kebersamaan dengan Yesus dalam penerimaan Sakramen-sakramen khususnya Ekaristi dan Sakramen Tobat. Manusia yang mendengarkan sabda Yesus, menjadi anak Allah. Ia berubah rupa! Dalam dirinya, egoisme diganti dengan kasih, kesedihan dengan sukacita, kegelisahan dengan kedamaian, amarah dengan kesabaran, sifat cuek acuh tak acuh dengan kepedulian dan perhatian, ingkar janji dengan kesetiaan, kekerasan dengan kelemahlembutan, nafsu liar dengan pengendalian diri. Wajah Yesus yang berubah di atas gunung (Mrk 9: 3) adalah gambaran wajah setiap orang beriman yang berubah karena mengikuti Yesus dengan tekun dan setia sampai akhir. Wajah manusia beriman memantulkan wajah Yesus dan wajah Yesus pada gilirannya memantulkan wajah Allah Bapa sendiri!. Sungguh indah jati diri kita sebagai orang beriman kristiani.

4. Akhir-akhir ini masyarakat kita didera dengan banyaknya pertikaian, permusuhan dan bahkan konflik berdarah. Salah satu penyebabnya ialah semakin tegasnya perbedaan mencolok antara kelompok masyarakat yang sudah menikmati berkat dari Ibu Pertiwi dan Tanah Air yang kaya raya dan sebagian anggota masyarakat yang masih terpuruk dalam kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan. Antara mereka yang dengan mudah memperoleh secara berlimpah-limpah hasil-hasil pembangunan dan sebagian rakyat yang makin terpinggirkan bahkan sering tertindas tanpa kemampuan, daya dan kesempatan untuk lepas dari lilitan jerat kemiskinannya. Muncullah di tengah masyarakat rasa tidak puas yang tinggi yang pada gilirannya membuahkan kecurigaan, kecemburuan bahkan kedengkian antar kelompok yang pada gilirannya dengan mudah melahirkan konflik, perselisihan, amuk massa, tawuran yang tidak jarang berdarah-darah. Sebagai warga Negara dan warga masyarakat, kita terpanggil untuk ikut serta bersama dengan segala unsur masyarakat dan anak bangsa lainnya untuk mencarikan solusi bagi persoalan-persoalan yang timbul di tengah-tengah bangsa dan masyarakat kita. Kita harus menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari persoalan bangsa dan masyarakat.

5. Jati diri murid-murid Yesus mewajibkan kita untuk mendobrak setiap lingkaran kejahatan termasuk permusuhan, penindasan dan pengucilan terhadap pihak yang lemah dengan perbuatan kasih. Hidup bersama dalam keluarga, komunitas atau masyarakat seringkali ditandai dengan kekerasan. Bahasa yang dipakai adalah “pihak yang kuat terhadap yang lemah”, “pemenang atas pecundang”, “kebencian dibalas dengan kebencian”, “kekerasan dilawan dengan kekerasan”. Yesus, Manusia sejati, merintis jalan bagi para pengikut-Nya dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian dengan menunjukkan kasih kepada orang-orang yang menindas, membenci bahkan mengancam kita. Dengan berlaku kasih, juga kepada orang-orang yang memusuhi kita, kita mewujudkan dan membuktikan bahwa kita adalah “anak-anak Bapa di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5: 45). Manusia sejati, anak-anak Allah, murid-murid Yesus selalu mencoba mengatasi kejahatan dengan kebaikan, melawan kebencian, penindasan dan permusuhan dengan kasih! Bagaimana cara melakukannya sangat ditentukan oleh situasi konkrit yang dihadapi. Itulah yang menjadi pergumulan dan bahan pendalaman kita selama Masa Prapaskah.

Selamat menjalani Masa Prapaskah yang penuh rahmat ini dalam semangat tobat dengan laku tapa dengan berpuasa dan berpantang, dengan doa dan amal kasih. Tuhan memberkati kita semua!

Diberikan di Banjarmasin pada Pesta Takhta Santo Petrus Rasul, 22 Februari 2011

+PETRUS BODDENG TIMANG
Uskup Keuskupan Banjarmasin

Tidak ada komentar: