Minggu, 14 Desember 2008

Perayaan Ekaristi Keluarga

Perayaan ekaristi keluarga di bulan Desember 2008 diadakan pada Jumat minggu kedua, tepatnya pada tanggal 12 Desember 2008 dipimpin oleh romo Aloysius Lioe Fut Khin, MSF. Koor dan iringan musik dibawakan oleh komunitas ME Keuskupan Banjarmasin dan anggota koor PSP Serafim. Secara khusus, pasangan suami istri yang merayakan ulang tahun perkawinannya di bulan Desember didoakan pada perayaan ekaristi tersebut.
Dengan mengambil bacaan Kitab Suci dari Yesaya 48:17-19 dan bacaan Injil dari Matius 11:11-15, romo Fut menguraikan bahwa dalam Injil ada satu hal yang tidak disukai Yesus, yaitu para kritikus dan komentator. Orang Yahudi dikecam oleh Yesus karena mereka hanya omong dan mengkritik tanpa mau terlibat. Yesus mau kita tidak melakukan hal-hal seperti ini. Hendaknya dalam berbicara kita menyampaikan hal-hal positif, menyatakan dukungan dan membesarkan hati orang lain. Hal itu jelas akan lebih membangun dan berfaedah dibandingkan hanya omong yang jelek-jelek. Demikian juga terhadap anak, bila kita selalu berkata yang negatif terhadap anak kita, maka anak akan menjadi rendah diri.
Yesus ingin kita lebih banyak berbuat dan terlibat daripada sekedar berkata-kata. Banyak kata-kata belum tentu membuktikan bahwa kita lebih pandai dan lebih baik dari orang lain. Oleh karena itu marilah kita mohon dalam masa adven ini kita sungguh-sungguh bertobat, khususnya atas dosa-dosa yang muncul dari lidah yang tak terkendali.
Setelah homili, romo Fut mengundang pasangan suami istri yang merayakan ulang tahun perkawinannya di bulan Desember untuk memperbaharui janji perkawinannya dan didoakan. Mereka adalah: Anastasi-Heri, Yani-Pur, Lis-Markus, Nining-Anton.
Bagi pasangan suami istri yang hari ulang tahun perkawinannya jatuh pada bulan Januari, diharapkan bisa hadir dan didoakan secara khusus dalam perayaan ekaristi keluarga pada hari Jumat, 9 Januari 2009 pukul 18.00 WITA. (smr)

Misa Hari Raya Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, Pelindung Paroki

“Hari Raya Santa Perawan Maria yang Terkandung Tanpa Noda merupakan peringatan akan janji Allah yang menyelamatkan manusia melalui Bunda Maria. Dalam perayaan ekaristi kali ini memohon agar tetap dalam lindungan Bunda Maria dan setia pada putra-Nya.” Demikian kata pembukaan romo Lioe Fut Khin dalam perayaan ekaristi Hari Raya Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, pelindung paroki Kelayan. Sebagian besar bangku gereja terisi oleh umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi yang diadakan pada hari Senin, 8 Desember 2008 pukul 18.00 WITA tersebut. Seperti pada misa harian, perayaan ekaristi berlangsung tanpa iringan musik, koor dan petugas khusus.
Romo Fut yang saat itu memimpin perayaan ekaristi, dalam homilinya menyatakan bahwa ajaran Bunda Maria Yang Terkandung Tanpa Noda menjadi dogma pada tanggal 8 Desember 1954 oleh Paus Pius IX. Sebelum ajaran itu menjadi dogma, Paus telah mengumpulkan pendapat dari seluruh dunia dan dimana-mana umat telah mempercayai bahwa Maria dikandung tanpa noda. Jadi sebenarnya dogma tersebut muncul dari “bawah” dan dipercayai bahwa Roh Kudus bekerja pada orang-orang Katolik yang beriman.
Namun demikian kemudian terjadi hambatan terhadap dogma tersebut, dimana pada abad 19 muncul paham anti gereja oleh kaum intelektual. Mereka mentertawakan dogma tersebut, apalagi pada saat itu muncul teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia merupakan keturunan monyet.
Empat tahun setelah dogma tersebut ditetapkan atau 150 tahun yang lalu, Bunda Maria berkenan meneguhkan iman umat dengan menampakkan diri di Laurdes kepada Bernadette dan menyampaikan pesan supaya:
1. Berdoa bagi orang-orang berdosa agar bertobat.
2. Mendirikan gereja di tempat penampakan Bunda Maria.
Pada saat Bernadette menceritakan apa yang dialaminya dan menyampaikan pesan Bunda Maria pada pastor paroki agar mendirikan gereja di sana, pastor paroki tersebut tidak percaya. Setelah 16 kali Bernadette menghadap pastor paroki, akhirnya pastor itu bertanya, siapa sesungguhnya “Madam” yang selalu diceritakan Bernadette dan menyuruhnya supaya mendirikan gereja di sana. Maka Bernadette yang saat itu masih berumur 14 tahun bertanya pada “Madam” yang menampakkan diri padanya dan memperoleh jawaban, “Maria Immaculata Conspcio.” Pastor kaget atas jawaban itu karena baru 4 tahun istilah tersebut didogmakan. Pastor itu diyakinkan bahwa penampakan tersebut merupakan Bunda Maria sehingga dia kemudian menjadi pembela bagi Bernadette
Pada saat ini, dalam situasi orang-orang mencibir gereja, Bunda Maria tetap meneguhkan umat meskipun itu dengan maupun tanpa mujizat. Bunda Maria tetap membela gereja, keluarga dan kita yang berdevosi padanya. Bunda Maria Yang Terkandung Tanpa Noda bukan merupakan takdir. Tuhan menghormati kebebasan Bunda Maria dan Bunda Maria menanggapi dengan pernyataan, “Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.”
Selanjutnya romo Fut mengajak umat untuk mohon pada Bunda Maria agar menjadi Bunda Gereja kita dan pelindung bagi kita serta menjadi pengantara segala rahmat. (smr)

Kamis, 04 Desember 2008

KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN


Berdasarkan agenda keuskupan Banjarmasin, kursus persiapan perkawinan di bulan November ini dilaksanakan di Paroki Kelayan. Kursus yang dilaksanakan pada tanggal 29 November sampai dengan 1 Desember 2008 tersebut diikuti oleh 10 pasang plus 1 orang peserta dari paroki Kelayan, Katedral dan Veteran. Tujuan dari kursus persiapan perkawinan adalah membekali calon mempelai untuk dapat memahami arti dan makna perkawinan secara umum dan memahami kekhasan perkawinan Katolik sehingga diperoleh wawasan yang mendalam tentang ajaran Gereja Katolik mengenai perkawinan.
Materi yang diberikan meliputi Theologi dan Hukum Gereja dalam Perkawinan oleh Romo Lioe Fut Khin, Gender dan Pendidikan Nilai dalam Keluarga oleh Ibu Ida Harino, Pengaturan Keuangan Rumah Tangga oleh Bp. Andreas Sunarko, Seksualitas oleh Bp. A. Suharjo, Doa dan Sharing Kitab Suci dalam Keluarga oleh Kel. Antonius DN, Relasi dan Komunikasi dalam Perkawinan oleh pasutri Siauw Siauw-Gunadi serta Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga oleh dr. Wina Kartika. Kursus ditutup pada tanggal 1 Desember 2008 oleh Romo Allparis dengan pembagian sertifikat kepada seluruh peserta. (smr)

Senin, 17 November 2008

PERAYAAN EKARISTI PERPISAHAN DENGAN MGR. FX PRAJASUTA, MSF

Sebelum meninggalkan Keuskupan Banjarmasin menuju tempat tinggalnya yang baru di Wisma Ventimiglia di Jl. Colombo No. 6 Yogyakarta, Bp Uskup Emeritus, Mgr. FX Prajasuta berkenan mempersembahkan perayaan ekaristi Minggu pagi pada tanggal 16 November 2008 di paroki Kelayan. Romo Allparis yang mendampingi Mgr. FX Prajasuta mengatakan bahwa perayaan ekaristi pada pagi itu adalah untuk bersyukur atas karya Mgr. FX Prajasuta yang selama 25 tahun telah mendampingi umat di Keuskupan Banjarmasin sekaligus untuk pamitan.
Dalam homilinya, Mgr. FX Prajasuta mengajak umat untuk mensyukuri kebaikan Allah. Merenungkan perayaan ekaristi atau perayaan syukur merupakan waktu hening yang sangat baik untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Melihat perkembangan paroki Kelayan dari masa ke masa, tentu kita tahu bagaimana perkembangan gereja. Dari gereja yang sederhana menjadi gereja yang besar seperti sekarang ini, kita patut mensyukuri kebaikan Tuhan.
Pada kesempatan tersebut Mgr FX Prajasuta berterima kasih dan menyatakan penghargaan kepada:
- Umat di paroki Kelayan atas kebaikan-kebaikannya.
- Para pastor, biarawan dan biarawati yang mendampingi umat.
- Umat yang telah berbuat banyak dalam berkarya di paroki, terutama pada umat yang setia mendoakan beliau.
- Umat yang menerima beliau sebagaimana adanya. Menyadari bahwa banyak kesalahan dalam pelayanan beliau, beliau minta maaf pada seluruh umat.
Untuk meningkatkan kehidupan umat di paroki agar keuskupan Banjarmasin semakin berkembang, maka Mgr FX Parajasuta mengharapkan beberapa hal sbb:
- Keluarga-keluarga sungguh-sungguh berusaha untuk menjadi keluarga Katolik yang baik. Orang tua tidak hanya memberikan nasihat atau teladan, tapi juga menciptakan suasana Kristiani dalam keluarga dengan membiasakan doa dalam keluarga.
- Agar anak-anak berbahagia, maka suami dan istri hendaknya saling mencintai satu sama lain.
- Perlu ada kebanggaan dan kegembiraan menjadi murid-murid Kristus. Kebanggaan dan kegembiraan ini diwujudkan dengan mewartakan Kristus pada orang lain sehingga paroki Kelayan menjadi paroki yang misioner, baik dalam keluarga, lingkungan kerja dan masyarakat.
- Umat saling mendoakan satu sama lain dan terutama mendoakan para pastor, biarawan, biarawati agar mereka semakin dekat pada Tuhan.
- Di paroki Kelayan, kegiatan sangat banyak, namun demikian persatuan dan kerukunan harus di atas segala-galanya.
Pada akhir homilinya, Mgr FX Prajasuta menyatakan bahwa beliau akan selalu ingat pada umat keuskupan Banjarmasin, terutama dalam doa-doanya.
Setelah doa penutup, ketua I Dewan Paroki, Bp. Willy Sebastian dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas pelayanan Mgr FX Prajasuta di keuskupan Banjarmasin, dan sebagai tanda kasih umat di paroki Kelayan, 7 ketua wilayah memberikan kenang-kenangan pada Mgr FX Prajasuta pada kesempatan tersebut.
Setelah perayaan ekaristi berakhir, umat diberikan kesempatan untuk mengucapkan selamat jalan pada Mgr FX Prajasuta di depan pastoran. (smr)

Rabu, 12 November 2008

PERAYAAN EKARISTI ULANG TAHUN PAROKI KE 69


“Hari ini kita merayakan ulang tahun paroki ke 69 dengan perayaan ekaristi. Mengingat beberapa kegiatan sebelumnya yang sangat padat, maka ulang tahun paroki kali ini kita rayakan secara sederhana. Tanpa soto dan tanpa sate! Kita bersyukur atas penyertaan Tuhan sepanjang 69 tahun perjalanan paroki. Pada kesempatan ini kita juga mengenang perjuangan para pendahulu kita, baik uskup, pastor, suster, bruder dan awam yang telah membangun dan berjuang sehingga paroki tumbuh menjadi seperti sekarang ini.” Demikian kata pembukaan dari romo Allparis pada perayaan ekaristi ulang tahun paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda yang dilaksanakan pada tanggal 11 November 2008 pukul 19.00 WITA.
Sebagian besar bangku gereja dipenuhi oleh umat yang hadir pada perayaan ekaristi ulang tahun paroki yang dipimpin oleh romo Allparis dan romo Lioe Fut Khin itu. Beberapa umat secara sukarela mengisi bangku koor untuk memadahkan pujian yang diiringi dengan organ yang dimainkan oleh Kevin. Bacaan pertama dibawakan oleh Bp. Fl. Sudarmo.
Dalam homilinya, romo Fut menyatakan kekagumannya pada umat yang hadir saat itu karena tidak menyangka bahwa hampir seluruh bangku gereja terisi. Dengan banyaknya umat yang hadir berarti banyak orang yang mencintai paroki dan pada malam itu semua bersama-sama berdoa, bersyukur dan merenungkan penyertaan Tuhan.
Umur 69 tahun, Kalau dilihat menurut ukuran perjalanan manusia merupakan umur yang cukup tua. Seseorang yang sudah tua biasanya hidup dalam kesederhanaan namun sehat dalam iman. Dalam bacaan pertama yang diambil dari Titus 2:1-8,11-14 terdapat nasihat terhadap perempuan-perempuan tua yang hendaknya hidup dengan banyak berdoa, tidak memfitnah dan tidak menjadi hamba anggur. Yang tua hendaknya dapat memberi nasihat dan teladan. Dalam hidup berjemaat, umat yang sudah tua pun masih punya arti dan berguna untuk perkembangan paroki dan iman umat karena yang muda masih memerlukan nasihat dari mereka.
Ada pepatah pada renungan hari Pahlawan, tgl 10 November 2008 kemarin, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya.” Dari pepatah ini muncul ide untuk memberikan penghargaan pada orang-orang yang sudah berjasa bagi paroki kita. Ada banyak orang-orang yang telah berjasa pada perkembangan paroki karena pelayanan, pengabdian, teladan dan cintanya, baik itu pastor, katekis maupun awam. Untuk itu umat diminta menulis tentang orang-orang tersebut beserta fotonya dan mengirimkan ke Bupar untuk dimuat.
Selanjutnya romo Fut mengajak umat memohon dan berdoa pada Tuhan agar kita semua makin mencintai gereja dan Tuhan. (smr)

Kamis, 23 Oktober 2008

HOMILI PASTOR: MINGGU MISI - 19 Oktober 2008

“KITA WARGA NEGARA DAN WARGA KERAJAAN ALLAH"
(Catatan Homili Romo Ign. Allparis F, Pr pada Minggu Misi Sedunia, 19 Oktober 2008)

Secara umum, misi berarti perutusan. Dalam gereja Katolik berarti mewartakan Injil atau Kabar Gembira. Kabar gembira yang diwartakan adalah Yesus. Misi ini dimulai dari Allah sendiri dengan mewartakan Kabar Gembira, yaitu dengan mengutus Yesus untuk menyelamatkan manusia. Teladan Allah ini selanjutnya diteruskan oleh manusia dengan mewartakan Kabar Gembira atau Yesus. Dalam hal ini Yesus bukan hanya sebagai yang diutus tapi Yesus adalah Kabar Gembira itu sendiri.
Dalam Injil Matius 22:15-21, Yesus akan dijerat oleh orang Farisi dengan pertanyaan, "Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada kaisar atau tidak?" Pada saat itu hadir orang-orang Herodian atau anak buah Herodes yang merupakan kelompok pro penjajah atas orang-orang Yahudi. Bila Yesus menjawab tidak, maka orang-orang Herodian ini akan melaporkan kepada Herodes dan Yesus dianggap memberontak. Tetapi bila Yesus menjawab boleh, maka hal itu tidak mencerminkan ketaatan-Nya pada tugas-Nya di dunia. Pada saat itu, dengan pujian orang-orang Farisi menjerat Yesus. Namun Yesus tahu apa yang ada dalam hati manusia dan kemudian menegur mereka secara langsung, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?" Jawaban Yesus selanjutnya, "Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah." Yesus tahu bahwa orang-orang Yahudi keberatan untuk membayar pajak. Jawaban ini sekaligus untuk mengajar orang-orang Yahudi.
Refleksi bagi kita adalah, "Apa yang kita berikan yang menjadi hak Allah?" Mungkin dalam dunia ini banyak orang tak menemukan tanda dan gambar Allah, sehingga menganggap semua adalah milik-Nya, sehingga tak tahu lagi apa yang seharusnya dikembalikan kepada Allah dan yang menjadi hak Allah. Manusia diciptakan secitra dengan Allah. Kita harus menyadari terus-menerus. Yesus adalah Gambar Allah yang sempurna. Dalam Dia, kita menemukan gambar dan tulisan Allah. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana kita memancarkan wajah Yesus dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai bentuk usaha untuk mengembalikan hak Allah. Untuk itu kita, sebagai gereja, dipanggil untuk mengambil bagian dalam misi Allah, yaitu agar banyak orang mendapat keselamatan dalam diri Yesus. Bagi orang-orang Kristiani yang melakukan kekerasan, apapun bentuknya, maka pada saat itu mereka tidak mencerminkan citra Allah dan tidak mengembalikan hak Allah apa yang menjadi hak Allah. Sebagai manusia yang diciptakan secitra dengan Allah, maka wajah Allah harus tercermin dalam hidup sehari-hari. Itulah hak Allah yang harus dikembangkan. Secara kongkrit bisa dijabarkan kembalikan hak istri apa yang menjadi hak istri, kembalikan hak suami apa yang menjadi hak suami, kembalikan hak anak apa yang menjadi hak anak, kembalikan hak karyawan apa yang menjadi hak karyawan, kembalikan hak perusahaan apa yang menjadi hak perusahaan, kembalikan hak pembatu apa yang menjadi hak pembantu, dll. Semua itu sebagai wujud mengembalikan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.(smr)

Minggu, 12 Oktober 2008

PERAYAAN EKARISTI PEMBERKATAN GUA MARIA

Cuaca cerah sejak hari Senin, 6 Oktober 2008 membuat lega seluruh umat paroki karena ini berarti perayaan ekaristi dapat dilakukan di muka Gua. Panggung untuk altar mulai dipersiapkan, dekorasi dibuat, terpal dan karpet dihampar, tata suara dan lampu pun mulai dirangkai hingga hari Selasa 7 Oktober 2008 pukul 18.00 WITA Doa rosario yang mendahului perayaan ekaristi pemberkatan gua dapat dimulai tepat pada waktunya.
Perarakan patung Bunda Maria yang dibawa dengan tandu oleh 7 ketua wilayah dan ketua I dewan paroki, diikuti rombongan imam dan uskup Banjarmasin, Mgr. FX Prajasuta, MSF, beserta lektor dan pemazmur dari pendopo Santo Yosef menuju Gua Maria yang akan diberkati mengawali perayaan ekaristi pemberkatan Gua Maria paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda. Sementara perarakan berlangsung, PSP Serafim dan umat mengidungkan lagu “Ave-Ave” dengan memegang lilin yang menyala di tangan masing-masing.
Perayaan ekaristi tersebut dilaksanakan bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Ratu Rosari, 7 Oktober 2008 dengan dipimpin oleh Mgr. FX Prajasuta, MSF sebagai konselebran utama didampingi oleh romo Ignatius Allparis Freeanggono, Pr dan romo Aloysius Lioe Fut Khin, MSF. Sekitar 1,000 umat mengikuti perayaan ekaristi dengan duduk lesehan di atas karpet. Sementara itu para lansia duduk di kursi yang telah disediakan.
Dalam homilinya Mgr. FX Prajasuta, MSF menyatakan bahwa dengan devosi pada Bunda Maria berarti kita meneladani Bunda Maria dalam kerendahan hati dan kesetiaannya untuk tunduk pada kehendak Allah. Dengan kesadaran bahwa hanya Allah yang tahu apa yang terbaik bagi kita, maka seperti Bunda Maria, kita hendaknya dapat mengucapkan “Fiat Voluntas Tua” atau terjadilah menurut kehendak-Mu. Dalam keadaan apapun Maria tetap mengidungkan “Magnificat,” hatinya selalu memuji dan memuliakan Tuhan. Pada malam ini kita bersama-sama memohon berkat untuk Gua Maria St Maria YTTN. Ini berarti sebagai anak-anak kita datang pada ibu kita untuk meneladan dan berserah diri pada kehendak Allah. Orang yang sungguh-sungguh berdevosi pada Bunda Maria hidupnya ditandai dengan kegembiraan, kepasrahan dan kedamaian seperti Maria. Malam ini kita juga bersyukur atas Gua Maria St Maria YTTN yang baru selesai dibangun. Semoga dengan Gua Maria tersebut, umat khususnya umat paroki Kelayan makin dekat dengan Maria dan Yesus. Iman umat makin dikokohkan serta makin cinta Yesus dan hidup sesuai martabat kita yang telah diselamatkan oleh Yesus. Selanjutnya Bapak Uskup mengajak umat untuk bersama-sama mohon berkat Tuhan bagi patung dan gua dan berharap dengan perantaraan Maria, umat dapat berdoa dengan penuh kasih pada Yesus serta menjadikan Maria sebagai ibu, pelindung dan teladan. Kita juga mohon pada Bunda Maria untuk menuntun dan membimbing umat agar makin cinta pada Yesus.
Usai homili, Bapak Uskup memberkati patung Bunda Maria dan Gua Maria dan kemudian dilanjutkan dengan liturgi ekaristi.

Selasa, 07 Oktober 2008

PEMBEKALAN PEMIMPIN IBADAT KOMUNITAS (BAG 3): MEMPERSIAPKAN RENUNGAN

Melanjutkan rangkaian Pembekalan Pemimpin Ibadat Komunitas yang telah dilakukan pada bulan Agustus yang lalu, pada hari Senin, tanggal 6 Oktober 2008 pukul 20.00 – 21.30 WITA di pendopo Santo Yosef diselenggarakan pembekalan lanjutan yang dipimpin oleh romo Aloysius Lioe Fut Khin, MSF. Pembekalan kali ini dikhususkan pada teknik mempersiapkan renungan. Keduapuluh dua peserta yang berasal dari 14 komunitas langsung diajak praktek cara mempersiapkan renungan yang diambil dari bacaan Injil hari itu, yaitu dari Lukas 10:25-37 mengenai “Orang Samaria yang Murah Hati” yang kemudian dilanjutkan dengan bacaan Injil keesokan harinya, yaitu dari Lukas 10:38-42 mengenai “Maria dan Marta.” Sambil praktek, romo Fut menekankan bahwa dalam membawakan renungan atau kotbah, kita mewartakan kabar gembira dari Tuhan. Tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan renungan adalah:
1. Doa, memohon bimbingan Tuhan.
2. Membaca secara keseluruhan bacaan yang akan dibawakan dalam renungan.
3. Membaca bacaan dengan lebih cermat dan lebih mendalam
4. Membuat pertanyaan untuk hal-hal yang tidak dimengerti, seperti: apa maksud peristiwa tsb, mengapa terjadi demikian, bagaimana hal tsb terjadi, dsb.
5. Merenungkan apa yang menarik dari bacaan tersebut, bisa berupa ayat, pesan, peristiwa, dll.
6. Kembangkan ide atau hal-hal menarik dengan ayat-ayat lain yang mendukung, bisa juga ditambahkan cerita, sharing, contoh nyata, dsb.
Ternyata mempersiapkan renungan tidak sulit! Pembekalan berikutnya akan diadakan pada hari Senin, 3 November 2008 dengan diawali renungan atau kotbah yang dipimpin oleh perwakilan dari wilayah Bernadeth. (smr)

LOMBA CERDAS CERMAT KITAB SUCI ANTAR WILAYAH

Dalam rangka memeriahkan Tahun Paulus, dengan mengambil tema Bulan Kitab Suci Nasional 2008 ”Paulus: Sukacita Rasul Kristus,” maka digelar acara Lomba Cerdas Cermat Kitab Suci Antar Wilayah yang dilaksanakan pada hari Minggu, 5 Oktober 2008 di Aula Syalom pukul 10.00 – 12.00 WITA. Lomba yang diikuti oleh 6 Wilayah ini bertujuan mengenal lebih dekat semangat rasul Paulus dalam mewartakan Injil serta mengajak umat untuk lebih mencintai Kitab Suci.
Sebagai salah satu agenda program kerja KOMKA, acara tersebut telah dipersiapkan secara menarik dengan dukungan 2 LCD untuk menayangkan pertanyaan-pertanyaan yang dilempar kepada peserta dan untuk memonitor waktu. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkisar kisah rasul Paulus dan surat-surat yang ditulisnya serta bahan-bahan seputar Bulan Kitab Suci Nasional 2008. Lomba tersebut terbagi dalam 3 babak. Babak I adalah pertanyaan untuk masing-masing individu dalam kelompok. Babak II adalah pertanyaan untuk kelompok dan yang terakhir adalah pertanyaan rebutan. Setelah pertanyaan demi pertanyaan diajukan, akhirnya diperoleh pemenang sbb:
Juara I : Wilayah Anna
Juara II : Wilayah Lucia
Juara III : Wilayah Sisilia
Sebelum acara ditutup dengan pembagian hadiah pada pemenang lomba, selaku ketua Dewan Juri, Bp. Anton DN menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas partisipasi peserta lomba Cerdas Cermat dan kepada KOMKA Santa Maria sebagai pelaksana acara lomba. Melihat pencapaian nilai yang diperoleh masing-masing peserta, dihimbau umat lebih tekun dalam membaca dan menggeluti Kitab Suci.
Errie dan Rachel sebagai peserta dari wilayah Anna mengaku enjoy dengan acara lomba tersebut, apabila kelompoknya menjadi juara I. Sementara itu Pak Narko sebagai peserta dari wilayah Theresia menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sulit untuk dijawab karena kelompoknya harus bertanding tanpa persiapan sebelumnya. (smr)

Selasa, 12 Agustus 2008

PERAYAAN TUJUH BELASAN


Kepada Ytk.
Segenap umat
Paroki Santa Perawan Maria
Yang Terkandung Tanpa Noda - Kelayan
Banjarmasin


Damai bagimu,
Dewan Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Kelayan, Banjarmasin bekerjasama dengan KOMKA Santa Maria Banjarmasin menggelar serangkaian kegiatan perlombaan pada tanggal 31 Agustus 2008 untuk turut serta merayakan sekaligus menyemarakkan kegiatan Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-63 tahun yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 2008. Kegiatan akan dipusatkan di Komplek SD Katolik Santa Maria Banjarmasin.

Beberapa perlombaan yang akan digelar :
1. Lomba Memasukkan Bola dalam Pipa
2. Lomba Mengambil Koin dalam Buah Pepaya
3. Lomba Makan Krupuk
4. Lomba Bakiak (Sepatu Raksasa)
5. Lomba Memasak Nasi Goreng

Pendaftaran dan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Ketua Komunitas/Wilayah masing-masing. Mohon dukungan dan partisipasi dari umat sekalian. Terimakasih.
TUHAN YESUS memberkati,

salam&doa,
Panitia Perayaan Tujuh Belasan :
Dewan Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Kelayan & KOMKA Santa Maria

Sabtu, 09 Agustus 2008

PERAYAAN EKARISTI KELUARGA BULAN AGUSTUS

“Dimulai hari ini, setiap hari Jumat jam 18.00 WITA pada minggu kedua dalam bulan tersebut dilaksanakan perayaan ekaristi keluarga di paroki Kelayan. Diharapkan seluruh umat dapat mengikuti bersama keluarga. Dalam perayaan ekaristi keluarga kita mendoakan pasangan yang merayakan Ulang Tahun perkawinannya di bulan tsb. Pada perayaan ekaristi kali ini yang mendaftar adalah pasangan Iin dan Erwan. Untuk bulan-bulan berikutnya diharapkan lebih banyak lagi pasangan yang mendaftar untuk didoakan.” Demikian disampaikan romo Aloysius Lioe Fut Khin, MSF pada awal misa keluarga yang dimulai bertepatan dengan Pesta Santo Dominikus, Imam pada tanggal 8 Agustus 2008. Perayaan ekaristi keluarga perdana yang dihadiri oleh sekitar 100 orang ini berlangsung seperti misa harian sore, namun setelah homili dilaksanakan pembaharuan janji perkawinan oleh pasangan yang merayakan ulang tahun perkawinannya dalam bulan Agustus, yaitu Iin dan Erwan.
Dalam homilinya romo Fut menyampaikan bahwa dalam setiap kampanye Pemilu, para calon akan menjanjikan hal-hal baik bila memilih mereka. Namun dalam Injil pada hari itu yang diambil dari Matius 16:24-28, Yesus justru menyatakan bahwa kalau mengikut Dia, maka kita harus siap kehilangan nyawa. Dalam membangun keluarga, bila selama pacaran pasangan kita menjanjikan hal-hal yang muluk serta kemewahan saja, maka jangan mempercayai hal tersebut karena dalam janji perkawinan ada kesediaan untuk setia melalui jalan salib dan menjalani kehidupan bersama dalam suka dan duka. Semakin banyak cobaan dan tantangan yang dihadapi keluarga, maka cinta kasih sebagai suami, istri dan orang tua akan semakin teruji. Membangun keluarga adalah seperti bacaan Injil hari itu, yaitu bagaimana menjalani hidup dengan kesetiaan. Akhirnya romo Fut mengajak umat yang hadir untuk memohon pada Tuhan agar keluarga-keluarga diberkati Tuhan serta tabah menghadapi cobaan dan tantangan.
Perayaan ekaristi keluarga bulan September akan dilaksanakan pada hari Jumat pukul 18.00 WITA, tanggal 12 September 2008. Diharapkan umat yang merayakan ulang tahun perkawinannya di bulan September dapat mendaftar untuk didoakan pada perayaan ekaristi keluarga dengan mengisi formulir di pastoran atau menghungi seksi keluarga, yaitu pasangan Siauw Siauw dan Gunadi. (smr)

Minggu, 13 Juli 2008

AKHIR PEKAN MARRIAGE ENCOUNTER ANGKATAN KE-25

Dibuka pendaftaran Akhir Pekan ME (APME) bagi para pasutri yang usia perkawinannya telah mencapai 3 tahun ke atas. APME Angkatan XXV dilaksanakan:
Hari/tgl : Jumat, 1 Agustus 2008 jam 16.00 wita s.d. Minggu, 3 Agustus 2008
Tempat: Rumah Retret “SIKHAR” Banjarbaru
Biaya : Rp.260.000 per pasang suami istri (termasuk konsumsi & akomodasi)
APME bertujuan meningkatkan kualitas relasi suami istri maupun imam/bruder/suster melalui kemampuan baru dalam berkomunikasi. Peserta mendapatkan cakrawala baru dalam menghayati komunikasi yang benar antara dua pribadi yang berbeda & mampu mengembangkan kemampuan untuk saling mendengarkan, berbagi beban dan mengampuni.
Keterangan lebih lanjut hubungi Sekretariat ME: 0511-325 9586/ 0511-7307543/ 0511-4366562 (zo)

PERAYAAN EKARISTI UNTUK KELUARGA

Salah satu program dari Seksi Keluarga yakni Perayaan Ekaristi Keluarga digulirkan mulai Agustus 2008. Tepatnya setiap Jumat II dalam bulan jam 18.00 wita bertempat di gereja. Tujuan perayaan ekaristi ini adalah meningkatkan kualitas hidup rohani keluarga dan memberikan kesempatan bagi setiap pasutri untuk menyampaikan ujud syukur peringatan penerimaan Sakramen Perkawinan pada bulan tersebut serta membaharui kembali janji nikah. Homili pastor dikhususkan untuk pembinaan kehidupan keluarga. Petugas liturgi dilayani oleh keluarga-keluarga. Misa ini terbuka bagi keluarga maupun pasutri dari paroki yang ada di kota Banjarmasin. Jangan lewatkan kesempatan misa setiap Minggu kedua jam 18.00 setiap bulannya! Jadwal terdekat Jumat 8 Agustus 2008! (zo)

Sabtu, 12 Juli 2008

SUKSESKAN SENSUS UMAT 2008

Sehubungan dengan dilaksanakannya Sensus Umat Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda pada tanggal 13 – 27 Juli 2008, dimohon partisipasi umat untuk mengisi Formulir Data Keluarga Umat Katolik yang akan dibagikan oleh Ketua/Pedamping Komunitas masing-masing.

PELATIHAN PADUAN SUARA

Paduan Suara / Koor adalah sebuah cabang seni musik dan merupakan suatu ketrampilan yang memiliki ukuran keindahan musikal yang dapat diapresiasi oleh pemerhati serta memerlukan proses belajar/ latihan. Paduan suara/koor dilakukan secara berkelompok (ansamble) dimana vokal adalah sumber musiknya.
Menyadari bahwa Paduan Suara Paroki (PSP) Gereja St.Perawan Maria-Kelayan masih memerlukan peningkatan kualitas ketrampilan dasar yang dimiliki oleh penyanyinya, maka pada hari Senin-Selasa, 7-8 Juli 2008 pukul 19.00 – 22.00 WITA di pendopo Santo Yosef dilaksanakan pelatihan vokal untuk anggota paduan suara. Pelatihan yang dibimbing oleh Bp. Frans Suharto, seorang pelatih koor di Keuskupan Bandung, ini diikuti oleh 40 orang peserta dari anggota PSP Serafim serta perwakilan umat yang memiliki minat dalam bidang tarik suara. Persiapan kegiatan ini dilakukan dalam waktu beberapa hari saja. Semua berawal pada hari Kamis, 3 Juli 2008, ketika PSP Serafim mengadakan latihan terakhir untuk persiapan kaul kekal suster SFD, Bp. Frans yang saat itu mendampingi saudaranya berlatih bulu tangkis datang ke tempat latihan dan memberikan beberapa masukan. Merasa belum cukup dengan masukan yang diberikan oleh Bp Frans, maka Sdr. Toto selaku koordinator bidang liturgi meminta Bp Frans untuk memberikan pelatihan lebih lanjut.
Dalam pelatihan tersebut, Bp Frans mengajarkan teknik-teknik vokal bagi para penyanyi paduan suara meliputi teknik pernafasan (dengan memanfaatkan diafragma), produksi suara (penempatan dan focus) serta resonansi. Ternyata hampir semua peserta merasa kesulitan dalam memanfaatkan diafragma dan memproduksi suara secara benar. Oleh karena itu Bp. Frans berpesan agar teknik yang diajarkannya dapat dilatih secara rutin, disiplin dan dikembangkan secara individual oleh masing-masing penyanyi serta tidak hanya mengandalkan proses latihan dalam kelompok. Terhadap kelompok paduan suara sendiri beliau berharap agar pada setiap latihan koor dimulai dengan berlatih teknik vokal ini. Penyeragaman kemampuan anggota paduan suara juga sangat diperlukan. Untuk itu bagi penyanyi paduan suara yang merasa kemampuan yang dimilikinya jauh di bawah anggota lain hendaknya berlatih lebih keras lagi.
Bp Frans yang lahir pada 3 Agustus 1958, telah bergelut di bidang paduan suara selama 30 tahun. Saat ini aktif melatih PS Gita Prasama, SD Santa Ursula, Bandung dan tahun kemarin (2007), paduan suara yang dilatihnya ini meraih juara pertama pada Festival Paduan Suara antar SD Katolik se-Jawa Barat. Beliau mengaku tidak pernah mengikuti pendidikan musik secara formal, namun beliau telah belajar vokal dari banyak pakar seperti: Bp. FA Warsono, Ibu Catharina Leimena, Christopher Abimanyu, Ir. Sudaryanto, Ir. Indra Listyanto serta pernah aktif selama 3 tahun (1980-1983) di Paduan Suara Vocalista Sonora PML Yogyakarta. (smr)

Senin, 07 Juli 2008

PERAYAAN EKARISTI KUDUS UPACARA KAUL KEKAL DAN PESTA PANCA WINDU HIDUP MEMBIARA SUSTER SFD

Pada perayaan ekaristi Minggu pagi, 6 Juli 2008, di paroki Kelayan dilangsungkan upacara kaul kekal Suster Theresiani Fahik, SFD dan Suster Sophia Evi Erlina, SFD serta Pesta Panca Windu (40 tahun) hidup membiara Suster Dominique Go Swan Nio, SFD. Perayaan tersebut dipimpin oleh Bapak Uskup, Mgr FX Prajasuta, MSF sebagai konselebran utama didampingi romo Allparis Pr, romo Lioe Fut Khin MSF dan 2 imam lainnya.
Upacara kaul kekal dalam perayaan ekaristi tersebut diawali dengan penyerahan pihak keluarga para pengkaul kepada kongregasi. Selanjutnya suster Theresiani dan suster Sophia menyatakan janji setia, mengikrarkan kaul kekal yang kemudian disusul dengan pembaharuan kaul oleh suster Dominique dan dilanjutkan dengan penandatanganan akte kaul serta pemberkatan cincin.
Dalam homilinya bapak Uskup menyatakan berberapa hal sbb:
1. Hidup membiara hanya dapat dijalankan dengan iman.
2. Hidup membiara harus dihayati seperti orang yang berjalan dengan 2 kaki, kaki pertama adalah kaul, dan yang kedua adalah komunitas.
3. Para religius hendaknya menyadari bahwa mereka tetap manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
4. Kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurnian yang dijalankan para religius hanya dapat memiliki arti bila ada peneguhan kasih.
Bila hidup membiara dihayati dengan beberapa hal tersebut, maka akan dapat menjadi berkat bagi diri sendiri, orang lain dan gereja. Sebaliknya bila kaul dilihat dari segi yuridis dan moral, maka hidup membiara akan menjadi sebuah beban.
Bapak uskup juga mengharap agar umat hendaknya ikut bersyukur pada Tuhan dan mendoakan para religius agar menghayati imannya secara benar. Di samping itu hendaknya keluarga-keluarga menjadi tempat pesemaian hidup religius mengingat keprihatinan keuskupan Banjarmasin sekarang ini adalah minimnya panggilan.
Secara khusus, dengan mengutip pernyataan ibu Theresa, bapak Uskup berpesan kepada suster yang berkaul dan para religius bahwa para religius tidak dipanggil untuk sukses tapi dipanggil untuk setia meneruskan kebaikan dan kasih Allah dalam gereja dan masyarakat.
Setelah perayaan ekaristi selesai, acara dilanjutkan dengan perayaan syukur di Aula SD Santa Maria.

Biodata suster yang berkaul kekal adalah sbb:

1. Suster Theresiani Theresia M. Frida Fahik, SFD
Lahir di Atambua/Bellu, 15 Oktober 1978 putri ke-6 dari sembilan bersaudara dari Bp. Petrus Yosef fahik (Alm) dan Ibu Anna Lan Moy. Pendididkan SD dan SMP dijalani di Atambua/Bellu kemudian melanjutkan ke SMUK di Kefamenanu/TTU dan lulus tahun 1998. Tahun 1999 masuk biara SFD di Medan, Sumatera Utara. Suster Theresiani mengawali tugasnya di Buntok tahun 2002-2005, kemudian pindah ke Muara Teweh dan pada tahun 2006-sekarang bertugas di Palangka Raya.

2. Suster Maria Sophia Evi Erlina, SFD
Lahir di Bundar, 24 Desember 1982 putri ke-7 dari delapan bersaudara dari Bp. Harip Tagan dan Ibu Nuramin. Mengenyam bangku SD di Muruga, Kec. Dusun Utara, tamat tahun 1992. Bangku SMP dijalani di Bundar, Kec. Dusun Utara dan melanjutkan ke SMU di Pulang Pisau, Kab. Kapuas, lulus tahun 1998. Tahun 1999 masuk biara di Pati-Jawa Tengah dan kemudian tahun 2002 melanjutkan ke biara SFD di Medan, Sumatera Utara. Tahun 2002-2004 Suster Sophia bertugas di Muara Teweh, kemudian pindah ke Palangka Raya dan bertugas di sana dari tahun 2004 sampai 2007. Sejak tahun kemarin (2007) bertugas di Banjarmasin. Di paroki Kelayan, suster Sophia banyak berkecimpung dalam pembinaan misdinar dan Bina Iman Anak.

Selasa, 01 Juli 2008

KAUL KEKAL SUSTER SFD

Pada Perayaan Ekaristi hari Minggu, 6 Juli 2008 pukul 07.30 WITA, di Paroki Santa Perayaan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, Kelayan akan dilangsungkan Perayaan KAUL KEKAL :
Suster THERESIANI FAHIK, SFD
Suster SOPHIA EVI ERLINA, SFD
dan
Perayaan 40 Tahun Hidup membiara Suster DOMINIQUE GO SWAN NIO, SFD
Mohon kehadiran dan dukungan doa seluruh umat.

Senin, 30 Juni 2008

Ketua Wilayah dan Ketua Komunitas Periode 2008-2011

Wilayah St. Anna: Yohanes Bosco Sukardi
Kom. St. Yohanes: F.A. Junaedi
Kom. St. Gregorius: A. Venansius Genarus Genggor
Kom. St. Petrus: Silvester Parseno
Kom. St. Yakobus: Isyaias Sawing

Wilayah St. Martha: Yohanes Gunawijaya Tjitradi
Kom. St. Antonius: Angela Tjuanda Kosasih
Kom. St. Andreas: Leonardus Suhendro Sindunata
Kom. St. Daniel: Antonius Anton Irfandi

Wilayah St. Lucia: Antonina Ida Harino
Kom. St. Lukas: Benediktus Jaeranisumama
Kom. St. Paulus: Bernardus Baru Utomo

Wilayah St. Bernadeth: Alfonsus Wahab
Kom. St. Markus: Margaretha Lily Pangestu
Kom. St. Dominikus: Andreas Budiarso
Kom. St. Matius: Katerina Siu Lie

Wilayah St. Elisabeth: Hironimus Hindrawan Ang
Kom. St. Thomas: Manaksak Hutagaol, SH
Kom. St. Bonifasius: Sebastian Mulyadi Wijaya
Kom. St. Ignatius: Albertus Arif Gonadi

Wilayah St. Sisilia: Petrus Johni Rosadi Kosasi
Kom. St. Yustinus: Maria Angela Yuming
Kom. St. Timotius: FX. Muhammad Krisna

Wilayah St. Theresia: Andreas Sunarko
Kom. St. Agustinus: Robertus Andre Sucipto Tirta Toha
Kom. St. Bartolomeus: Merry Sukoco
Kom. St. Filipus: Meilina
Kom. St. Matias: Valentinus Hardono
Kom. St. Stefanus: Felicitas Nella Antoniman

Rabu, 18 Juni 2008

SUSUNAN PENGURUS DEWAN PAROKI



Ketua Umum : Romo Ignatius Allparis Freeanggono, Pr
Ketua I : Alfonsus Willy Sebastian
Ketua II : Angelika Gaby Siantori
Sekretaris I : Florianus Sudarmo
Sekretaris II : Melania
Bendahara I : Romo Aloysius Lioe Fut Khin, MSF
Bendahara II : Trisia Ratnawati

Koordinator Bidang Liturgi : Charles Iwan Sutanto
Seksi Koor : Titus Erwan Trimulyanto
Seksi Lektor dan Mazmur : Lucia Eka P. Rini
Seksi Altar, Pakaian Imam-PPA : Sr. Anna, SFD dan Maria Magdalena Tumini
Seksi Organis : Conradus Sudirwan
Seksi Misdinar : Sr. Sophia, SFD dan Fr. Tommy, CMM

Koordinator Bidang Pewartaan : Antonius Djoko Nugroho
Seksi Pendalaman Iman : Fr. Florentinus Halawa, CMM
Seksi Katekumen : Antonius Kuwat
Seksi Keluarga : Pasutri Siauw Siauw – FX. Gunadi
Seksi Bina Iman Anak : Diana Lisawati
Seksi persiapan Komuni I & Krisma : Regina Sri Lestari dan Fransiska Kurniasih

Koordinator Bidang Pelayanan : Agustinus Paulus Anwar Yusran
Seksi Pembangunan : F.A. Wintoro S
Seksi Santo Yosef : Abdoel Benediktus
Seksi Sosial : dr. Wina Kartika
Seksi Komunikasi Sosial : Sri Marganing Rahayu
Seksi Tata Suara & Pencahayaan : Stevanus Singindra Yanto
Seksi Rumah Tangga Pastoran : Ignatius Horian Yawban
Seksi Aula : FX Effendi Halim dan YB. Purwidaryanto

Koordinator Bidang Persekutuan : Bernadetta Murbaningsih
Seksi Pemberdayaan Kaum Perempuan : Getrudis Novita Eka Suyandari
Seksi Komunitas Orang Muda Katolik : Tommy Ribuan
Seksi Remaja Katolik : Anna Trombine
Legio Mariae : Angelika Gaby Siantori
WKRI : Wied Sumadi
Jaringan Mitra Perempuan : Herrybertus Sridoyo

Selasa, 17 Juni 2008

USKUP TERPILIH KEUSKUPAN BANJARMASIN


Bapa Suci Paus Benedictus XVI, telah menerima pengunduran diri dari Uskup Banjarmasin Mgr. F.X. Prajasuta, M.S.F.Dan Bapa Suci telah menunjuk Uskup Baru untuk Banjarmasin R.D. Petrus Boddeng TimangPastor Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus - Katedral Makassar. Diumumkan pada Sabtu, 14 Juni 2008 pukul 05.00 WIB. Biodata R.D. Petrus Boddeng Timang Lahir di Malakiri, Tana Toraja - Keuskupan Agung Makassar, 07 Juli 1947Studi Seminari Menengah Petrus Claver Makassar, 1967 melanjutkan studi di Seminari Tinggi "Anging Mammiri" Yogyakarta.Tahun 1982-1986, studi di Universitas St. Thomas Aquinas - Roma, memperoleh gelar Doktor Theologi Spiritual. Beliau ditahbiskan imam Keuskupan Agung Makassar pada tanggal 13 Januari 19741975-1978 : Formator di Seminari Menengah "St. Petrus Claver" dan pastor di Universitas Katolik di Makassar.1979-1982 : Rektor di Seminari Tinggi "Anging Mammiri", Yogyakarta.1986-1992 : Rektor Seminari Tinggi "Anging Mammiri", Yogyakarta.1992-1995 : Pastor Paroki St. Fransiskus Assisi, Panakkukang, Makassar.1995-1999 : Rektor Unika Atma Jaya, Makassar.1999-2001 : Pastor Paroki Siti Fatima, Bantaeng, Bulukumba.2001- sekarang : Pastor Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus - Katedral Makassar dan anggota dengan konsultores untuk Perguruan Tinggi Keuskupan Agung Makassar.

Senin, 16 Juni 2008

PROFICIAT : USKUP BARU KEUSKUPAN BANJARMASIN

Bapa Suci Paus Benedictus XVI pada hari Sabtu, 14 Juni 2008 di Vatican pada jam 12.00 waktu setempat (18.00 Wita) mengangkat Pastor Paroki Katedral Makassar Pastor Petrus Boddeng Timang, Pr menjadi Uskup Keuskupan Banjarmasin yang baru. Pastor Petrus Boddeng Timang lahir di Malakri pada tanggal 7 Juli 1947 dan ditahbiskan menjadi Imam di Makassar pada tanggal 13 Januari 1974. Saat ini beliau berusia 61 tahun dan telah menjadi Imam selama 34 tahun. Dimohon dukungan doa dari seluruh umat agar di setiap akhir Perayaan Ekaristi mendoakan 3x Salam Maria, agar Bunda Maria menjadi Ibu dan Pelindung Uskup terpilih. Uskup baru kita sambut dengan "DEO GRATIAS, ALLELUIA."

Jumat, 13 Juni 2008

RAKER UNTUK KEMAJUAN PAROKI

Pengarahan Uskup Banjarmasin: Mgr. FX Prajasuta, MSF dalam rapat kerja dewan paroki 2008-2011

Ungkapan terima kasih disampaikan oleh Mgr. FX Prajasuta, MSF pada awal pengarahannya kepada para peserta raker. Selanjutnya beliau menyampaikan butir-butir pemikiran yang dikutip dari Surat Gembala Keuskupan Banjarmasin tahun 2007 dalam menyusun rencana kerja, yaitu bahwa raker dapat membawa berkat dan memberdayakan seluruh umat dan tidak berhenti sampai wacana saja tapi dapat dikerjakan bersama-sama untuk kemajuan paroki.

Paroki melaksanakan tugas evangelisasi sehingga semangat misioner harus selalu dikobarkan.
Syarat-syarat penentu keberhasilan evangelisasi:
1. Kemalasan, ketakutan, kompleks minoritas, sikap puas diri dan cari untung harus dibasmi.
2. Bangga, bersyukur dan gembira menjadi orang Katolik.
3. Kesadaran bahwa gereja adalah kita perlu ditanamkan di dalam paroki.
4. Doa, sabda Tuhan dan sakramen dihayati sebagai puncak iman Katolik.
5. Paroki memperhatikan “orang kecil” dan tersingkir. Namun demikian membantu kelompok ini harus hati-hati, tidak birokratis dan organisasi digunakan sejauhkan diperlukan saja. Persaudaraan di atas segala-galanya.
6. Rendah hati, bijak, memiliki sikap positif, terbuka, tekun dan semangat kerjasama. Kadang-kadang terjadi bahwa semangat yang dahulunya menyala menjadi padam, loyo, ingin istirahat dalam kegiatan, dsb. Hal ini disebabkan karena orang tidak mengandalkan Tuhan tapi kekuatan sendiri serta bekerja tidak untuk kemuliaan Tuhan tapi mencari kepuasan diri sendiri.
7. Kegembiraan, buah iman akan kasih dan penyertaan Tuhan membuat evangelisasi dapat dipercaya.
8. Jeli dan peka akan adanya perubahan situasi dan kondisi sehingga mampu mengambil sikap positif, kreatif dan tepat berdayaguna.

Dalam kesempatan ini Bapak uskup kembali mengaskan beberapa hal sbb:
- Pastor dan uskup adalah gembala, bukan bos atau manajer. Oleh karena itu umat hendaknya setiap hari mendoakan pastor dan uskupnya. Dukungan seperti ini sangat diperlukan para gembala.
- Kebiasaan berdoa dalam keluarga sangat penting agar keluarga harmonis dan bahagia.
- Liturgi dalam gereja bukan untuk menyenangkan umat tapi untuk meneguhkan dan mengembangkan iman, sehingga keheningan dan kekhusyukan harus dipertahankan.
- Dalam rapat dewan paroki kota telah disampaikan bahwa ada 3 prioritas yang harus dilayani, yaitu kaum miskin, kaum muda dan keluarga.

Sebelum mengakhiri pengarahan, beliau berpesan agar dalam raker hendaknya keputusan yang ada bukan merupakan keputusan yang mutlak dan para peserta raker hendaknya berpikir secara tulus ikhas untuk kemajuan paroki. (smr)

PASTOR PAROKI SAAT INI

BIODATA PASTOR PAROKI SANTA PERAWAN MARIA YANG TERKANDUNG TANPA NODA KELAYAN – BANJARMASIN

Nama :
Rm. Ignatius Allparis Freanggono, Pr.
Jabatan :
Pastor Kepala
Tempat/Tgl Lahir :
Bandung / 2 Desember 1968
Tahbisan :
Gereja Keluarga Kudus – Katedral Banjarmasin, 22 September 1999
Lokasi Tugas Pastoral setelah Ditahbiskan :
• 5 tahun di Paroki Ave Maria – Tanjung Kalsel
• 3 tahun di Paroki St. Stella Maris – Sungai Danau Kalsel

Nama :
Rm. Aloysius Liu Fut Khin, MSF
Jabatan :
Pastor Kapelan
Tempat/Tgl Lahir :
Pangkal Pinang / 28 Juni 1958

Tahbisan :
Gereja Keluarga Kudus – Banteng Yogyakarta,
28 Agustus 1992

Lokasi Tugas Pastoral setelah Ditahbiskan :
• 1 tahun di Paroki Boyolali Jateng
• 1 tahun di Paroki Salatiga Jateng
• 1 tahun di Lyon – Perancis
• 4 tahun di Madagaskar – Afrika Timur
• 3 tahun di Paroki St. Maria Palangka Raya Kalteng
• 1 tahun sabatl (tahun penyegaran rohani) di Texas USA
• 1 tahun di Paroki Hati Kudus Yesus- Mangkupalas (Samarinda Seberang) Kaltim
• 2,5 tahun di Paroki Keluarga Kudus Tering Kaltim

VISI DAN MISI PAROKI

Oleh Rm. Ign. Allparis Freeanggono, Pr

Visi:
Visi paroki St. Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, Kelayan harus sesuai dengan Visi keuskupan yaitu “Gereja adalah Kita.” Oleh karena itu kita terlibat dan bertanggungjawab dalam mengungkapkan dan meneguhkan persatuan dengan Yesus Kristus dalam menghayati dan mengamalkan iman ditengah-tengah masyarakat.


Misi:
Membangun Persaudaraan, menghayati dan mengamalkan Iman Kristiani.

Untuk mewujudkan Visi dan Misi, maka penghayatan iman perlu ditingkatkan dengan meningkatkan bidang:

1.Liturgi : Liturgia – iman harus dirayakan
2.Pewartaan : Kerygma – iman harus diwartakan
3.Pelayanan : Diakonia – iman harus dihayati dalam kesaksian hidup
4.Komunitas : Koinonia – iman harus diwujudnyatakan dalam hidup bersama


Harapan:

1. Apapun yang telah dimulai pendahulu kita, harus kita hormati karena setiap periode, ada keputussan-keputusan yang sangat dipengaruhi oleh situasi tertentu.
2. Kita bersusaha selalu bekerjama untuk meningkatkan pelayanan. lPelayanan bukan untuk menyenangkan umat, terlebih untuk umat tertentu, tetapi pelayanan apapun, merupakan penghayatan iman Kristiani.

Pemahaman dalam kepengurusan dewan paroki:
1. Keempat Bidang (Bidang Liturgi, Pewartaan, Diakonia dan Koinonia) saling berkaitan, tidak bisa dipisahkan begitu saja.
2. Setiap bidang, bahkan setiap seksi yang ada, selalu berkaitan dengan keempat bidang tersebut.

Rabu, 04 Juni 2008

PASTOR PAROKI 1939 - 1985

Sumber tulisan oleh Uskup Emeritus Mgr. W.J. Demarteau, MSF.
Sumber foto : Pastor P. Sinnema, MSF


1. Pastor Adamus Janmaat, MSF (1939)
Lahir di Wilnis (Belanda) tanggal 22 Juli 1899. Ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 29 Juli 1934. Kemudian dibenum untuk karya misi di Kalimantan. Tanggal 7 November 1935 ia berangkat ke Indonesia. Sejak tahun 1937 sampai tahun 1940 ia menjabat sebagai Pastor di Kelayan. Tahun 1940 Pastor Janmaat pindah ke Balikpapan. Sewaktu tentara Jepang menyerbu Kalimantan, ia bersama confrater Pastor C.v.d.Hoogte dan Frater v.d. Linden tetap tinggal pada pos mereka di Balikpapan. Kurang lebih tanggal 20 Pebruari 1942 ia bersama beberapa orang Eropa digiring ke dalam laut kemudian ditembak mati dan jenazahnya dikuburkan oleh penduduk setempat di pantai.
Pribadi : seorang berbudi dan sekaligus sangat religius dan spirituil.





2. Pastor Petrus Schoone, MSF (1939-1946)
Lahir di Lisse (Belanda) tanggal 22 Juni 1894. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 4 Juni 1931 dan tahun 1932 berangkat sebagai misionaris ke Kalimantan. Tempat kerja di Banjarmasin dan menjadi pastor paroki Kelayan sejak tahun 1940 sampai tahun 1946. Waktu tentara Jepang masuk Pastor Schoone lari ke Jawa dan telah diinternir. Bulan November 1946 ia pulang ke Belanda dan bertugas disana sampai ia meninggal pada tanggal 16 Agustus 1971.
Pribadi : Boleh disebut perintis karya misi di Kelayan. Ia sangat berjasa di bidang pendidikan: stimulator sekolah suster dan bruder.





3. Pastor Martinus v.d. Burg, MSF (1947)
Lahir di De Kwakel (Belanda) tanggal 26 Januari 1918. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 29 Juli 1945, dan pada akhir tahun tersebut berangkat ke Kalimantan bertugas sebagai Pastor Paroki Kelayan selama 4 bulan. Akhir Mei 1947 pindah ke Balikpapan dan bertugas disana sampai ia mendadak meninggal pada tanggal 16 Januari 1978. Pastor Martinus vd Burg merupakan pastor yang rajin.






4. Pastor Matheus Laseroms, MSF (1947-1950)
Lahir di Bosschehoofd (Belanda) tanggal 30 April 1918. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 25 Juli 1943. Ia berangkat ke Kalimantan pada awal tahun 1947 dan menjadi Pastor Paroki Kelayan sampai tahun 1950. Setelah itu ia bertugas di beberapa tempat, antara lain Balikpapan dan Sampit. Ia pulang ke Belanda tahun 1958 dan meninggalkan Konggregasi MSF tahun 1965. Ia meninggal di Belanda tanggal……..Pastor Laseroms suka berkontak dengan kaum muda dan berolah raga dengan mereka.




5. Pastor Leo Bussemakers, MSF (1950-1956)
Lahir di Sevenum (Belanda) tanggal 6 November 1903. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 25 Juli 1936. Sesudah kerja lama di bidang karya misi, tahun 1948 ia berangkat ke Kalimantan.
Ia bertugas di beberapa tempat dan menjadi Pastor Paroki Kelayan sejak 1950 sampai dengan 1956. Sesudah itu ia masih berkarya selama 7 tahun di Jawa Tengah. Tahun 1974 ia pulang ke Belanda dan meninggal tanggal 21 Agustus 1989. pastor Bussemakers merupakan pribadi yang suka bergaul, kenal banyak orang, baik dengan umat Katolik maupun yang tidak Katolik


6. Pastor Gerardus Heyne, MSF (1956-1985)
Lahir di Den Bosch (Belanda) tanggal 20 Juli 1913. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 23 Juli 1939. Ia masuk ke Universitet di Nijmegen, kemudian menjadi dosen di seminari tinggi. Tahun 1953 Pastor Heyne diutus ke Kalimantan bertugas sebagai Vikaris Uskup Banjarmasin sekaligus menjadi Pastor Paroki Kelayan tahun 1956 sampai dengan 1985. Tahun 1986 pulang ke Belanda dan meninggal di Belanda tanggal 14 Januari 1999. Paroki ini berkembang pada masa penggembalaannya dan sebagai vikaris ia mendampingi uskupnya.
Sewaktu Pater Heyne menjabat sebagai pastor paroki, paroki ini sangat maju di bidang rohani dan jasmani / materiil. Dua kali gedung gereja diperluas. Sekolah-sekolah berkembang, jumlah umat Katolik bertambah.
Sebagai Vikaris Pater Heyne mewakili Mgr W. Demarteau, sebagai uskup, kecuali tahbisan imam. Ia membantu Mgr. Demarteau dalam urusan Keuskupan Banjarmasin.

Selasa, 03 Juni 2008

SEJARAH PAROKI

oleh: Mgr. Emeritus Wilhelmus Demarteau, MSF

Kita harus menengok ke belakang ke jaman Hindia Belanda sebelum Perang Dunia II. Tahun 1933 beberapa orang Tionghoa bersama seorang Pastor mengambil keputusan membuka SD di Kelayan, Banjarmasin. Nama-nama panitia sekolah itu antara lain : Bapak Tjoe Bian Seng, Lim Eng Hin, Liam San Tjiam dan Pastor P. Schoone, MSF. Pada tanggal 3 Agustus 1933 Sekolah Dasar dibuka dalam rumah eks-Kapiten Tionghoa di R.K. Ilir 481; SD ini bernama Sekolah Belanda – Tionghoa Roma – Katolik. Para guru bermacam-macam : Pastor S. Schoone, yang dibantu oleh dua nona Indonesia, dua nyonya Belanda dan satu nyonya Tionghoa. Nama mereka : Ny. Hages – Vetter, Ny. Stennekens – Wilderink, Ny. Irene Admoe Gosenson, Ny. Liem Swie Hee – Ang Hian Tjie Nio.
Pada hari pembukaan jumlah murid : anak laki-laki 125 orang; anak perempuan 84 orang. Sekolah dibuka oleh Asistent Resident. Kantor P & K di Banjarmasin tidak senang dengan adanya Sekolah Katolik di kota Banjarmasin; Gereja Katolik dipandang sebagai konkuren.
Walaupun para guru SD sangat rajin, nilainya korp guru harus ditinggikan. Pater Schoone mulai mencari bruder untuk SD. Sesudah lama mencari-cari akhirnya dengan bantuan Vikaris Apostolik Pontianak Kongregasi Bruder Santa Maria Tak Bernoda (MTB) yang sejak tahun 1921 bekerja di Pontianak mengambil alih SD Katolik di Banjarmasin. Pada tanggal 4 Oktober 1935, 6 (enam) orang bruder mendarat di Banjarmasin.
Nama-nama mereka :
Ø Br. Maternus Brouwers.
Ø Br. Honoratus de Meester.
Ø Br. Mauritius Broeders.
Ø Br. Gaudentius de Bruyn.
Ø Br. Libertus Hoppenbouwers.
Ø Br. Adrianus Kroft.
Nyatalah, bruder-bruder ini disambut dengan riang – gembira. Namun kedatangan bruder ini menyebabkan kesulitan yang besar. Menurut peraturan Kongregasi Bruder ini, para bruder hanya boleh mengajar kepada anak-anak laki-laki, sedangkan SD di Jl. R.K. Ilir adalah sekolah campuran. Pimpinan Kongregasi Bruder tidak mau merubah peraturan itu; jadi hanya ada satu jalan keluar : selekas mungkin membangun SD baru untuk anak-anak perempuan. P. Schoone terus mulai mencari tanah untuk membangun SD Puteri ini. Para promotor realisasi SD di Jl. R.K. Ilir tahun 1933 sekarang bersama Bapak Lim Sek Tjhiang membantu secara luar biasa. Pada tanggal 5 Oktober 1935 murid perempuan pindah dari SD di R.K. Ilir ke SD di Kelayan (Rantauan Timur I). Pada tanggal ini jumlah murid puteri 225 orang.
Disamping membangun, Pater Schoone sibuk mencari suster yang bersedia mengasuh SD di Kelayan. Usahanya berhasil. Pada tanggal 11 Oktober 1937 tiba di Pelabuhan Banjarmasin 5 (lima) orang Suster Fransiskanes Dina (SFD). Nama-nama mereka :
Ø Sr. Laurentine Pijnenburg.
Ø Sr. Clementia Geerden.
Ø Sr. Josephina Jacobs.
Ø Sr. Theobalda van Gool.
Ø Sr. Josephine Ghuis.
Karena Susteran belum selesai, suster tinggal dalam 2 ruangan SD; bulan Juli 1938 Susteran selesai.
Tanggal 1 November 1937 pembukaan Sekolah Kepandaian Puteri di Kelayan. Pada tanggal 29 Mei 1938 bintang “Pro Ecclesia et Pontifice” (voor Kerk en Paus) dari Roma diserahkan kepada Bapak Lim Sek Tjhian sebagai tanda penghargaan jasanya untuk sekolah-sekolah Katolik di Banjarmasin. Gubernur Haga, yang sangat anti-Katolik, coba memboikot upacara penyerahan bintang itu; usahanya tidak berhasil.
Pada tanggal 5 November 1939, Mgr. J. Kusters, Prefekt Apostolik Banjarmasin memberkati Gereja di Kelayan. Separuh dari Gereja jadi perumahan untuk Pastor Schoone untuk sementara saja. Tanggal 11 November 1939 Paroki Kelayan “Santa Maria” didirikan : batas antara kedua Paroki di Banjarmasin adalah Sungai Martapura.
Tanggal 8 Desember 1941 Perang Dunia II meletus; Indonesia menghanyutkan. Banyak orang lari ke Jawa atau masuk pedalaman. Terpaksa sekolah-sekolah ditutup, termasuk yang Katolik. Pada awal 1942 para suster dan bruder atas permohonan Pemerintah pindah ke kota, dekat rumah sakit darurat. Para suster dan bruder telah mengikuti kursus perawat kita, sehingga kalau perlu mereka dapat membantu.
Dengan persetujuan Walikota Banjarmasin, Mgr. Kusters dan semua pastor, bruder dan suster (kecuali satu pastor dan satu bruder) secara sukarela mengambil keputusan tidak lari ke Jawa atau ke pedalaman, melainkan tinggal di Banjarmasin. Tetapi Walikota menerima kabar dari Balikpapan mengenai kelakuan kebinatangan pasukan Jepang, yang membunuh di sana semua orang putih yang ditangkap. Karena itu Walikota menarik kembali izin kepada personil Gereja untuk tinggal di Banjarmasin. Pada tanggal 10 Februari 1942 Walikota memberi perintah keras kepada Mgr. Kusters untuk lari ke Jawa bersama semua suster dan bruder dan satu pastor. Pada hari yang sama mereka bersama banyak orang lain dengan kapal Roda Lampung ke Kuala Kapuas; di sini sebuah perahu Makassar “dipinjam” dan menuju Surabaya, dimana mereka tiba pada tanggal 18 Februari 1942. Semula mereka masih bebas dan para bruder tinggal semua di Bruderan San Louis di Surabaya; kemudian mereka pergi ke rekan mereka di Blitar, dimana mereka ditangkap pada bulan Agustus 1943 dan akhirnya ditawan di Cimahi; dimana mereka dibebaskan bulan Agustus 1945.
Para suster semula menginap di Susteran Ursulin di Surabaya; bekerja juga di rumah sakit. Bulan September 1943 ditawan oleh Jepang dan bulan Februari 1944 mereka ditawan di Semarang, dimana mereka dibebaskan bulan Agustus 1945. Sesudah perang, suster-suster SFD harus pergi ke Holland; mereka telah sangat menderita sebagai tawanan.
Waktu perang mulai bulan Februari 1942 sampai bulan September 1945 tidak ada pastor tetap di kedua Paroki Banjarmasin. Domba tanpa gembala ! Tetapi syukurlah umat Katolik tetap aktif. Kedua paroki kerjasama, dengan dibentuknya semacam Dewan Internparoki. Nama-nama mereka :
Ø Bapak Jozef Toekinoen (agen polisi).
Ø Bapak T.O. Wowor (guru).
Ø Bapak Jozef Liem Hok Tjhiang.
Secara teratur umat Katolik kedua paroki berkumpul pada hari Minggu untuk berdoa bersama dan mendengar firman Tuhan. Bapak Liem adalah warga Paroki Kelayan. Bapak Wowor berfungsi sebagai guru agama dan pengkhotbah.
Selama perang, umat Katolik di Banjarmasin dikunjungi oleh dua pastor Jepang. Pastor Taniguchi ada di Banjarmasin pada akhir tahun 1944 dan Mgr. Al. Ogihara, S.J. ada di Banjarmasin bulan Agustus tahun 1945. Kedua kunjungan ini sangat dipuji oleh umat Katolik Banjarmasin.
Sebelum Perang Dunia II di Paroki Kelayan jumlah orang yang kenal Yesus Kristus sedikit saja. Gedung-gedung Gereja di Paroki Kelayan sesudah perang masih dalam keadaan yang cukup baik, tetapi kurang dipelihara.
Tanggal 9 Nopember 1945 SD Bruder di R.K Ilir dibuka tanpa bruder, tetapi berkat kerajinan para pastor MSF, yang waktu perang dari Kaltim dibawa via Banjarmasin ke Puruk Cahu, tempat mereka dibebaskan oleh pasukan Australia.
SD Suster belum dapat dibuka seperti telah ditulis di atas. Suster-suster atas perintah dokter terus dari Jawa pergi ke Belanda. Lagi gedung SD Suster dipakai oleh Pemerintah sebagai tempat penginapan para pengungsi dari Jawa. Tetapi Mgr. Kusters, yang pada awal bulan November 1945 telah pulang dari Jawa bersama Pater P. Schoone, MSF mati-matian berusaha supaya SD Suster selekas mungkin dibuka. Kebetulan Mgr. Kusters mendengar bahwa di Jakarta ada 13 suster, yang sebenarnya mesti kembali ke Sumatra, tetapi itu tidak mungkin karena daerah Sumatra kurang aman. Vikaris Apostolik Medan setuju, bahwa 13 suster itu boleh bekerja di Banjarmasin selama mereka tidak dapat pulang ke Medan. Tanggal 22 Maret 1945, 9 (sembilan) orang suster tiba di Banjarmasin; bulan September, 4 orang lagi suster-suster ini anggota Kongregasi Suster Fransiskanes dari Bennebroek. Tanggal 1 April 1946 SD Suster dibuka, tetapi di gedung Sekolah Bruder; karena pasukan KNIL telah menduduki gedung SD Suster. Hanya berangsur-angsur gedung sekolah dikembalikan kepada suster. Suster-suster Medan itu sangat rajin. Disamping mengurus SD, mereka juga membuka Kursus Kepandaian Putri : Steno, bahasa Inggris, musik, mengetik dan “last not least” pelajaran agama. Tahun 1949 suster-suster mesti kembali ke Sumatra : Vikaris Apostolik Mgr. Brans memanggil. Dalam tahun yang sama 8 (delapan) orang suster dari Dongen kembali dari Holland ke Banjarmasin. Nama-nama mereka :
Ø Sr. Josephine Jacobs.
Ø Sr. Gebriel Kalkhoven.
Ø Sr. Wynanda Heidkamp.
Ø Sr. Eleuteria Gladdnines.
Ø Sr. M. Antoine Kanters.
Ø Sr. Chaterina van Bommel.
Ø Sr. Clementia Geerden.
Ø Sr. Mauritia van Bavel.
Ø Sr. Brigritte Fijneman.
Tahun 1951 SMP Bruder dibuka. Tanggal 1 Mei 1950 bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar di Sekolah Bruder dan Suster. Saat itu sudah terjadi pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Pemerintah pada tanggal 27 Desember 1949. Tanggal 1 Juli 1953 SMP Suster dibuka. Tahun 1955 ada suara-suara yang mempropagandakan kepindahan Sekolah-sekolah Suster plus Susteran ke tempat yang lebih cocok; menurut beberapa orang lama-kelamaan Sekolah Suster tanpa murid. Ada ide untuk memindahkan Sekolah Suster ke bekas gedung HCS II di Jl. Kol. Sugiyono (Pada waktu itu tangsi militer). Panglima AD setuju. Syukurlah soal kepindahan ini pada akhirnya tidak jadi dilakukan.
Tanggal 22 April 1965 Gereja Hati Mahakudus Tuhan Yesus diberkati oleh Mgr. W. Demarteau, MSF. Pada tanggal ini Paroki ini secara resmi didirikan. Pastor A. Gielens, MSF diangkat menjadi pastor pertama Paroki ini. Paroki ini dipotong dari wilayah Paroki Santa Maria, Kelayan dan Banjarmasin. Batas antara dua Paroki ini adalah Jl. Ulin; sebelah kanan masuk Paroki Kelayan; sebelah kiri masuk Paroki Veteran.
Tahun 1973 Bruderan di R.K. Ilir pindah ke Jl. Veteran. Pada tanggal 10 Desember 1973 Br. Koenraad (anggota Komunitas Bruder MTB di Banjarmasin), ditahbiskan menjadi imam di Tering, Kaltim. Dimana pada waktu itu bruder ini dibawah pimpinan seorang Pater MSF mempersiapkan diri untuk tahbisan tersebut. Sayang sekali, Pastor yang baru ini jatuh sakit tahun 1974 dan meninggal di negeri Belanda tanggal 12 Juli 1975.
Tanggal 9 Oktober 1973 terjadi kebakaran besar di Banjarmasin, dimana pada waktu itu di Kelayan sendiri + 2300 rumah musnah. Dalam peristiwa kebakaran ini, tidak luput pula sebagian dari kompleks Sekolah-sekolah Bruder dilalap api. Dua SD terbakar, juga 6 rumah guru, berikut kantor Yayasan turut menjadi korban. Semua arsip SD I, II dan III habis terbakar, termasuk didalamnya arsip SMP Bruder. Namun berkat kerjasama yang prima antara bruder dan suster di Banjarmasin, semua sekolah tetap berjalan terus. Untunglah Kompleks Bruder yang menjadi korban kebakaran telah diasuransikan dan suatu karya amal di Belanda membayar Fl. 200.000,- (mata uang Belanda).
Tanggal 14 Juni 1981 adalah tanggal yang hitam sekali dalam sejarah Gereja di Keuskupan Banjarmasin, dimana terjadi perpisahan Kongregasi Bruder MTB yang telah berkarya di Banjarmasin sejak tahun 1935. Tahun 1974 Superior Jenderal Kongregasi Bruder MTB sudah memberitahukan kepada Mgr. Demarteau bahwa beberapa tahun lagi semua bruder MTB di Banjarmasin akan pindah ke Kalbar karena tenaga mereka amat diperlukan di sana. Uskup Banjarmasin mengira bahwa nanti rencana tersebut akan dilupakan. Namun Mgr. Demarteau keliru, sebab pada bulan Oktober 1977 Superior Jenderal Bruder MTB di Holland mengirim pemberitahuan yang kedua : “Kongregasi Bruder MTB terpaksa harus lebih memusatkan tenaga di Kalbar dan itu berarti bahwa rumah Bruder MTB di Banjarmasin ditutup.”
Uskup dan banyak orang lain sangat terkejut. Mgr. Demarteau kemudian menghubungi Uskup Agung di Pontianak, mengirim surat kepada Dewan Regional di Pontianak dan kepada Dewan Jenderal di Holland, berunding dengan bruder MTB di Indonesia dan Belanda di Banjarmasin. Para bruder MTB yang ada di Banjarmasin menyatakan bahwa mereka tidak suka dipindah dan sangat menyayangkan penutupan rumah MTB di Banjarmasin.
Usaha Mgr. Demarteau ternyata tidak membuahkan hasil. Superior Bruder MTB menetapkan bahwa tahun belajar 1980/1981 adalah tahun penutup bagi aktivitas bruder MTB di Banjarmasin. Pada tanggal 14 Juni 1981 di aula SMA di Jl. R.K. Ilir diadakan perpisahan resmi. Suasana di aula sangat “down”. Pada waktu itu hadir Br. Domitius, Superior Regional MTB di Kalbar, Mgr. Demarteau, banyak pastor, suster, umat, murid Sekolah Bruder dan para alumni. Isi pidato-pidato yang dibacakan, semua sama : “Perpisahan ini melukai hati, ucapan terima kasih kepada yang pergi dan kepada yang masih tinggal, Tuhan memberkati kita sekalian, semoga!”
Pada akhir bulan Juni 1981 jumlah murid SMP Bruder 369 murid, sedangkan jumlah murid di 3 buah SD Bruder sebanyak 784 murid. SMA Katolik dahulu bukan Sekolah Bruder, tetapi milik Keuskupan Banjarmasin. Berhubung dengan kepidahan bruder MTB ke Kalbar, 3 gedung SD Bruder di Banjarmasin diserahkan kepada Keuskupan Banjarmasin. Secara gratis diserahkan gedung sekolah, tanah sekolah, rumah-rumah guru, inventaris sekolah. Hanya Bruderan di Jl. Veteran yang dibeli oleh pihak Keuskupan.
Sejak tahun 1935 sampai bulan Juni 1981, 36 bruder MTB telah bertugas di Keuskupan Banjarmasin (terdiri dari 26 orang bruder Belanda dan 10 orang bruder Indonesia).
Pada tanggal 23 Mei 1997 terjadi kerusuhan di Banjarmasin. Pada tanggal itu giliran terakhir kampanye Golkar di Banjarmasin, bertempat di lapangan di Jl. Kamboja. Tetapi dengan mendadak di lapangan itu ada juga peserta kampanye dari partai lain yaitu dari PPP. Mereka ini membakar pakaian seragam Golkar. Mereka bersenjata tajam dan menyerang orang-orang Golkar, sehingga jatuh banyak korban dan harus dilarikan ke rumah sakit. Laki dan perempuan yang berpakaian Golkar disuruh membuka baju. Usai memporakporandakan peserta kampanye Golkar, mereka mulai merusakkan gedung Gereja Katedral, kaca-kaca jendela Gereja yang baru saja dipasang dihancurkan. Sekelompok orang mencoba membakar gedung “Sasana Sehati”, tetapi syukurlah masih ada orang-orang yang berani dan berhasil memadamkan api.
Rombongan perusak juga bergerak ke Kelayan. Satu truk penuh massa PPP beserta rombongan massa PPP bersepeda motor bermaksud merusak dan membakar Gereja di Kelayan. Niat mereka dihalang-halangi oleh penduduk kampung karena para penduduk kampung takut bila gedung Gereja dibakar maka dapat menyebabkan seluruh kampung menjadi lautan api. Urung membakar gedung Gereja, mereka memecahkan kaca jendela, merusak pintu-pintu Gereja, memenggal patung, juga merusakkan meja marmer. Tetapi Sakramen Mahakudus dapat diselamatkan oleh koster. Sedang Pastoran tidak mereka rusak.
Sesudah melakukan aksi brutalnya, para perusak menuju Jl. R.K. Ilir. Pada waktu itu SMU Katolik tidak luput dari serangan massa yang ganas. Mereka memecahkan kaca-kaca, merusak pintu-pintu, lemari, komputer dan gambar wakil presiden. Ada sebagian massa yang mengambil komputer dan matras. Gedung SMP Katolik di Kelayan diserang juga, kaca-kaca dipecahkan. SD III Katolik mengalami nasib yang serupa, kaca-kaca jendela dipecahkan, meja-meja dan kursi dirusak. Rupa-rupanya dalam insiden ini, Kompleks Sekolah Suster di Kelayan dilindungi oleh pasukan elite Malaikat.
Berikut ini daftar nama pastor Paroki Santa Maria di Kelayan, Banjarmasin dari tahun 1939 – 2005 :
Ø P. A. Janmaat, MSF 1939
Ø P. P. Schoone, MSF 1939 – 1946
Ø P. M. v. d. Burg, MSF 1947
Ø P. Th. Laseroms, MSF 1947 – 1950
Ø P. L. Bussemakers, MSF 1950 – 1956
Ø P. G. Heyne, MSF 1956 – 1985
Ø P. C. Adi Widjaja, MSF 1985 – 1988
Ø P. A. Suharihadi, MSF 1988 – 1991
Ø P. Al. Darmakusuma, MSF 1991 – 2002
Ø P. F. X. Sumantoro Pranjono, MSF 2002 – 2007
P. Gregorius Sabinus, CP 2002 - 2007 (Pastor Kapelan)
Ø P. Ign. Allparis Freeanggono,Pr 2007 – Sekarang
P. Al. Lioe Fut Khin, MSF 2007 – sekarang (Pastor Kapelan)
“Kalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah tukangnya bekerja.” (Mzm. 127).