Senin, 30 Juni 2008

Ketua Wilayah dan Ketua Komunitas Periode 2008-2011

Wilayah St. Anna: Yohanes Bosco Sukardi
Kom. St. Yohanes: F.A. Junaedi
Kom. St. Gregorius: A. Venansius Genarus Genggor
Kom. St. Petrus: Silvester Parseno
Kom. St. Yakobus: Isyaias Sawing

Wilayah St. Martha: Yohanes Gunawijaya Tjitradi
Kom. St. Antonius: Angela Tjuanda Kosasih
Kom. St. Andreas: Leonardus Suhendro Sindunata
Kom. St. Daniel: Antonius Anton Irfandi

Wilayah St. Lucia: Antonina Ida Harino
Kom. St. Lukas: Benediktus Jaeranisumama
Kom. St. Paulus: Bernardus Baru Utomo

Wilayah St. Bernadeth: Alfonsus Wahab
Kom. St. Markus: Margaretha Lily Pangestu
Kom. St. Dominikus: Andreas Budiarso
Kom. St. Matius: Katerina Siu Lie

Wilayah St. Elisabeth: Hironimus Hindrawan Ang
Kom. St. Thomas: Manaksak Hutagaol, SH
Kom. St. Bonifasius: Sebastian Mulyadi Wijaya
Kom. St. Ignatius: Albertus Arif Gonadi

Wilayah St. Sisilia: Petrus Johni Rosadi Kosasi
Kom. St. Yustinus: Maria Angela Yuming
Kom. St. Timotius: FX. Muhammad Krisna

Wilayah St. Theresia: Andreas Sunarko
Kom. St. Agustinus: Robertus Andre Sucipto Tirta Toha
Kom. St. Bartolomeus: Merry Sukoco
Kom. St. Filipus: Meilina
Kom. St. Matias: Valentinus Hardono
Kom. St. Stefanus: Felicitas Nella Antoniman

Rabu, 18 Juni 2008

SUSUNAN PENGURUS DEWAN PAROKI



Ketua Umum : Romo Ignatius Allparis Freeanggono, Pr
Ketua I : Alfonsus Willy Sebastian
Ketua II : Angelika Gaby Siantori
Sekretaris I : Florianus Sudarmo
Sekretaris II : Melania
Bendahara I : Romo Aloysius Lioe Fut Khin, MSF
Bendahara II : Trisia Ratnawati

Koordinator Bidang Liturgi : Charles Iwan Sutanto
Seksi Koor : Titus Erwan Trimulyanto
Seksi Lektor dan Mazmur : Lucia Eka P. Rini
Seksi Altar, Pakaian Imam-PPA : Sr. Anna, SFD dan Maria Magdalena Tumini
Seksi Organis : Conradus Sudirwan
Seksi Misdinar : Sr. Sophia, SFD dan Fr. Tommy, CMM

Koordinator Bidang Pewartaan : Antonius Djoko Nugroho
Seksi Pendalaman Iman : Fr. Florentinus Halawa, CMM
Seksi Katekumen : Antonius Kuwat
Seksi Keluarga : Pasutri Siauw Siauw – FX. Gunadi
Seksi Bina Iman Anak : Diana Lisawati
Seksi persiapan Komuni I & Krisma : Regina Sri Lestari dan Fransiska Kurniasih

Koordinator Bidang Pelayanan : Agustinus Paulus Anwar Yusran
Seksi Pembangunan : F.A. Wintoro S
Seksi Santo Yosef : Abdoel Benediktus
Seksi Sosial : dr. Wina Kartika
Seksi Komunikasi Sosial : Sri Marganing Rahayu
Seksi Tata Suara & Pencahayaan : Stevanus Singindra Yanto
Seksi Rumah Tangga Pastoran : Ignatius Horian Yawban
Seksi Aula : FX Effendi Halim dan YB. Purwidaryanto

Koordinator Bidang Persekutuan : Bernadetta Murbaningsih
Seksi Pemberdayaan Kaum Perempuan : Getrudis Novita Eka Suyandari
Seksi Komunitas Orang Muda Katolik : Tommy Ribuan
Seksi Remaja Katolik : Anna Trombine
Legio Mariae : Angelika Gaby Siantori
WKRI : Wied Sumadi
Jaringan Mitra Perempuan : Herrybertus Sridoyo

Selasa, 17 Juni 2008

USKUP TERPILIH KEUSKUPAN BANJARMASIN


Bapa Suci Paus Benedictus XVI, telah menerima pengunduran diri dari Uskup Banjarmasin Mgr. F.X. Prajasuta, M.S.F.Dan Bapa Suci telah menunjuk Uskup Baru untuk Banjarmasin R.D. Petrus Boddeng TimangPastor Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus - Katedral Makassar. Diumumkan pada Sabtu, 14 Juni 2008 pukul 05.00 WIB. Biodata R.D. Petrus Boddeng Timang Lahir di Malakiri, Tana Toraja - Keuskupan Agung Makassar, 07 Juli 1947Studi Seminari Menengah Petrus Claver Makassar, 1967 melanjutkan studi di Seminari Tinggi "Anging Mammiri" Yogyakarta.Tahun 1982-1986, studi di Universitas St. Thomas Aquinas - Roma, memperoleh gelar Doktor Theologi Spiritual. Beliau ditahbiskan imam Keuskupan Agung Makassar pada tanggal 13 Januari 19741975-1978 : Formator di Seminari Menengah "St. Petrus Claver" dan pastor di Universitas Katolik di Makassar.1979-1982 : Rektor di Seminari Tinggi "Anging Mammiri", Yogyakarta.1986-1992 : Rektor Seminari Tinggi "Anging Mammiri", Yogyakarta.1992-1995 : Pastor Paroki St. Fransiskus Assisi, Panakkukang, Makassar.1995-1999 : Rektor Unika Atma Jaya, Makassar.1999-2001 : Pastor Paroki Siti Fatima, Bantaeng, Bulukumba.2001- sekarang : Pastor Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus - Katedral Makassar dan anggota dengan konsultores untuk Perguruan Tinggi Keuskupan Agung Makassar.

Senin, 16 Juni 2008

PROFICIAT : USKUP BARU KEUSKUPAN BANJARMASIN

Bapa Suci Paus Benedictus XVI pada hari Sabtu, 14 Juni 2008 di Vatican pada jam 12.00 waktu setempat (18.00 Wita) mengangkat Pastor Paroki Katedral Makassar Pastor Petrus Boddeng Timang, Pr menjadi Uskup Keuskupan Banjarmasin yang baru. Pastor Petrus Boddeng Timang lahir di Malakri pada tanggal 7 Juli 1947 dan ditahbiskan menjadi Imam di Makassar pada tanggal 13 Januari 1974. Saat ini beliau berusia 61 tahun dan telah menjadi Imam selama 34 tahun. Dimohon dukungan doa dari seluruh umat agar di setiap akhir Perayaan Ekaristi mendoakan 3x Salam Maria, agar Bunda Maria menjadi Ibu dan Pelindung Uskup terpilih. Uskup baru kita sambut dengan "DEO GRATIAS, ALLELUIA."

Jumat, 13 Juni 2008

RAKER UNTUK KEMAJUAN PAROKI

Pengarahan Uskup Banjarmasin: Mgr. FX Prajasuta, MSF dalam rapat kerja dewan paroki 2008-2011

Ungkapan terima kasih disampaikan oleh Mgr. FX Prajasuta, MSF pada awal pengarahannya kepada para peserta raker. Selanjutnya beliau menyampaikan butir-butir pemikiran yang dikutip dari Surat Gembala Keuskupan Banjarmasin tahun 2007 dalam menyusun rencana kerja, yaitu bahwa raker dapat membawa berkat dan memberdayakan seluruh umat dan tidak berhenti sampai wacana saja tapi dapat dikerjakan bersama-sama untuk kemajuan paroki.

Paroki melaksanakan tugas evangelisasi sehingga semangat misioner harus selalu dikobarkan.
Syarat-syarat penentu keberhasilan evangelisasi:
1. Kemalasan, ketakutan, kompleks minoritas, sikap puas diri dan cari untung harus dibasmi.
2. Bangga, bersyukur dan gembira menjadi orang Katolik.
3. Kesadaran bahwa gereja adalah kita perlu ditanamkan di dalam paroki.
4. Doa, sabda Tuhan dan sakramen dihayati sebagai puncak iman Katolik.
5. Paroki memperhatikan “orang kecil” dan tersingkir. Namun demikian membantu kelompok ini harus hati-hati, tidak birokratis dan organisasi digunakan sejauhkan diperlukan saja. Persaudaraan di atas segala-galanya.
6. Rendah hati, bijak, memiliki sikap positif, terbuka, tekun dan semangat kerjasama. Kadang-kadang terjadi bahwa semangat yang dahulunya menyala menjadi padam, loyo, ingin istirahat dalam kegiatan, dsb. Hal ini disebabkan karena orang tidak mengandalkan Tuhan tapi kekuatan sendiri serta bekerja tidak untuk kemuliaan Tuhan tapi mencari kepuasan diri sendiri.
7. Kegembiraan, buah iman akan kasih dan penyertaan Tuhan membuat evangelisasi dapat dipercaya.
8. Jeli dan peka akan adanya perubahan situasi dan kondisi sehingga mampu mengambil sikap positif, kreatif dan tepat berdayaguna.

Dalam kesempatan ini Bapak uskup kembali mengaskan beberapa hal sbb:
- Pastor dan uskup adalah gembala, bukan bos atau manajer. Oleh karena itu umat hendaknya setiap hari mendoakan pastor dan uskupnya. Dukungan seperti ini sangat diperlukan para gembala.
- Kebiasaan berdoa dalam keluarga sangat penting agar keluarga harmonis dan bahagia.
- Liturgi dalam gereja bukan untuk menyenangkan umat tapi untuk meneguhkan dan mengembangkan iman, sehingga keheningan dan kekhusyukan harus dipertahankan.
- Dalam rapat dewan paroki kota telah disampaikan bahwa ada 3 prioritas yang harus dilayani, yaitu kaum miskin, kaum muda dan keluarga.

Sebelum mengakhiri pengarahan, beliau berpesan agar dalam raker hendaknya keputusan yang ada bukan merupakan keputusan yang mutlak dan para peserta raker hendaknya berpikir secara tulus ikhas untuk kemajuan paroki. (smr)

PASTOR PAROKI SAAT INI

BIODATA PASTOR PAROKI SANTA PERAWAN MARIA YANG TERKANDUNG TANPA NODA KELAYAN – BANJARMASIN

Nama :
Rm. Ignatius Allparis Freanggono, Pr.
Jabatan :
Pastor Kepala
Tempat/Tgl Lahir :
Bandung / 2 Desember 1968
Tahbisan :
Gereja Keluarga Kudus – Katedral Banjarmasin, 22 September 1999
Lokasi Tugas Pastoral setelah Ditahbiskan :
• 5 tahun di Paroki Ave Maria – Tanjung Kalsel
• 3 tahun di Paroki St. Stella Maris – Sungai Danau Kalsel

Nama :
Rm. Aloysius Liu Fut Khin, MSF
Jabatan :
Pastor Kapelan
Tempat/Tgl Lahir :
Pangkal Pinang / 28 Juni 1958

Tahbisan :
Gereja Keluarga Kudus – Banteng Yogyakarta,
28 Agustus 1992

Lokasi Tugas Pastoral setelah Ditahbiskan :
• 1 tahun di Paroki Boyolali Jateng
• 1 tahun di Paroki Salatiga Jateng
• 1 tahun di Lyon – Perancis
• 4 tahun di Madagaskar – Afrika Timur
• 3 tahun di Paroki St. Maria Palangka Raya Kalteng
• 1 tahun sabatl (tahun penyegaran rohani) di Texas USA
• 1 tahun di Paroki Hati Kudus Yesus- Mangkupalas (Samarinda Seberang) Kaltim
• 2,5 tahun di Paroki Keluarga Kudus Tering Kaltim

VISI DAN MISI PAROKI

Oleh Rm. Ign. Allparis Freeanggono, Pr

Visi:
Visi paroki St. Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, Kelayan harus sesuai dengan Visi keuskupan yaitu “Gereja adalah Kita.” Oleh karena itu kita terlibat dan bertanggungjawab dalam mengungkapkan dan meneguhkan persatuan dengan Yesus Kristus dalam menghayati dan mengamalkan iman ditengah-tengah masyarakat.


Misi:
Membangun Persaudaraan, menghayati dan mengamalkan Iman Kristiani.

Untuk mewujudkan Visi dan Misi, maka penghayatan iman perlu ditingkatkan dengan meningkatkan bidang:

1.Liturgi : Liturgia – iman harus dirayakan
2.Pewartaan : Kerygma – iman harus diwartakan
3.Pelayanan : Diakonia – iman harus dihayati dalam kesaksian hidup
4.Komunitas : Koinonia – iman harus diwujudnyatakan dalam hidup bersama


Harapan:

1. Apapun yang telah dimulai pendahulu kita, harus kita hormati karena setiap periode, ada keputussan-keputusan yang sangat dipengaruhi oleh situasi tertentu.
2. Kita bersusaha selalu bekerjama untuk meningkatkan pelayanan. lPelayanan bukan untuk menyenangkan umat, terlebih untuk umat tertentu, tetapi pelayanan apapun, merupakan penghayatan iman Kristiani.

Pemahaman dalam kepengurusan dewan paroki:
1. Keempat Bidang (Bidang Liturgi, Pewartaan, Diakonia dan Koinonia) saling berkaitan, tidak bisa dipisahkan begitu saja.
2. Setiap bidang, bahkan setiap seksi yang ada, selalu berkaitan dengan keempat bidang tersebut.

Rabu, 04 Juni 2008

PASTOR PAROKI 1939 - 1985

Sumber tulisan oleh Uskup Emeritus Mgr. W.J. Demarteau, MSF.
Sumber foto : Pastor P. Sinnema, MSF


1. Pastor Adamus Janmaat, MSF (1939)
Lahir di Wilnis (Belanda) tanggal 22 Juli 1899. Ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 29 Juli 1934. Kemudian dibenum untuk karya misi di Kalimantan. Tanggal 7 November 1935 ia berangkat ke Indonesia. Sejak tahun 1937 sampai tahun 1940 ia menjabat sebagai Pastor di Kelayan. Tahun 1940 Pastor Janmaat pindah ke Balikpapan. Sewaktu tentara Jepang menyerbu Kalimantan, ia bersama confrater Pastor C.v.d.Hoogte dan Frater v.d. Linden tetap tinggal pada pos mereka di Balikpapan. Kurang lebih tanggal 20 Pebruari 1942 ia bersama beberapa orang Eropa digiring ke dalam laut kemudian ditembak mati dan jenazahnya dikuburkan oleh penduduk setempat di pantai.
Pribadi : seorang berbudi dan sekaligus sangat religius dan spirituil.





2. Pastor Petrus Schoone, MSF (1939-1946)
Lahir di Lisse (Belanda) tanggal 22 Juni 1894. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 4 Juni 1931 dan tahun 1932 berangkat sebagai misionaris ke Kalimantan. Tempat kerja di Banjarmasin dan menjadi pastor paroki Kelayan sejak tahun 1940 sampai tahun 1946. Waktu tentara Jepang masuk Pastor Schoone lari ke Jawa dan telah diinternir. Bulan November 1946 ia pulang ke Belanda dan bertugas disana sampai ia meninggal pada tanggal 16 Agustus 1971.
Pribadi : Boleh disebut perintis karya misi di Kelayan. Ia sangat berjasa di bidang pendidikan: stimulator sekolah suster dan bruder.





3. Pastor Martinus v.d. Burg, MSF (1947)
Lahir di De Kwakel (Belanda) tanggal 26 Januari 1918. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 29 Juli 1945, dan pada akhir tahun tersebut berangkat ke Kalimantan bertugas sebagai Pastor Paroki Kelayan selama 4 bulan. Akhir Mei 1947 pindah ke Balikpapan dan bertugas disana sampai ia mendadak meninggal pada tanggal 16 Januari 1978. Pastor Martinus vd Burg merupakan pastor yang rajin.






4. Pastor Matheus Laseroms, MSF (1947-1950)
Lahir di Bosschehoofd (Belanda) tanggal 30 April 1918. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 25 Juli 1943. Ia berangkat ke Kalimantan pada awal tahun 1947 dan menjadi Pastor Paroki Kelayan sampai tahun 1950. Setelah itu ia bertugas di beberapa tempat, antara lain Balikpapan dan Sampit. Ia pulang ke Belanda tahun 1958 dan meninggalkan Konggregasi MSF tahun 1965. Ia meninggal di Belanda tanggal……..Pastor Laseroms suka berkontak dengan kaum muda dan berolah raga dengan mereka.




5. Pastor Leo Bussemakers, MSF (1950-1956)
Lahir di Sevenum (Belanda) tanggal 6 November 1903. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 25 Juli 1936. Sesudah kerja lama di bidang karya misi, tahun 1948 ia berangkat ke Kalimantan.
Ia bertugas di beberapa tempat dan menjadi Pastor Paroki Kelayan sejak 1950 sampai dengan 1956. Sesudah itu ia masih berkarya selama 7 tahun di Jawa Tengah. Tahun 1974 ia pulang ke Belanda dan meninggal tanggal 21 Agustus 1989. pastor Bussemakers merupakan pribadi yang suka bergaul, kenal banyak orang, baik dengan umat Katolik maupun yang tidak Katolik


6. Pastor Gerardus Heyne, MSF (1956-1985)
Lahir di Den Bosch (Belanda) tanggal 20 Juli 1913. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 23 Juli 1939. Ia masuk ke Universitet di Nijmegen, kemudian menjadi dosen di seminari tinggi. Tahun 1953 Pastor Heyne diutus ke Kalimantan bertugas sebagai Vikaris Uskup Banjarmasin sekaligus menjadi Pastor Paroki Kelayan tahun 1956 sampai dengan 1985. Tahun 1986 pulang ke Belanda dan meninggal di Belanda tanggal 14 Januari 1999. Paroki ini berkembang pada masa penggembalaannya dan sebagai vikaris ia mendampingi uskupnya.
Sewaktu Pater Heyne menjabat sebagai pastor paroki, paroki ini sangat maju di bidang rohani dan jasmani / materiil. Dua kali gedung gereja diperluas. Sekolah-sekolah berkembang, jumlah umat Katolik bertambah.
Sebagai Vikaris Pater Heyne mewakili Mgr W. Demarteau, sebagai uskup, kecuali tahbisan imam. Ia membantu Mgr. Demarteau dalam urusan Keuskupan Banjarmasin.

Selasa, 03 Juni 2008

SEJARAH PAROKI

oleh: Mgr. Emeritus Wilhelmus Demarteau, MSF

Kita harus menengok ke belakang ke jaman Hindia Belanda sebelum Perang Dunia II. Tahun 1933 beberapa orang Tionghoa bersama seorang Pastor mengambil keputusan membuka SD di Kelayan, Banjarmasin. Nama-nama panitia sekolah itu antara lain : Bapak Tjoe Bian Seng, Lim Eng Hin, Liam San Tjiam dan Pastor P. Schoone, MSF. Pada tanggal 3 Agustus 1933 Sekolah Dasar dibuka dalam rumah eks-Kapiten Tionghoa di R.K. Ilir 481; SD ini bernama Sekolah Belanda – Tionghoa Roma – Katolik. Para guru bermacam-macam : Pastor S. Schoone, yang dibantu oleh dua nona Indonesia, dua nyonya Belanda dan satu nyonya Tionghoa. Nama mereka : Ny. Hages – Vetter, Ny. Stennekens – Wilderink, Ny. Irene Admoe Gosenson, Ny. Liem Swie Hee – Ang Hian Tjie Nio.
Pada hari pembukaan jumlah murid : anak laki-laki 125 orang; anak perempuan 84 orang. Sekolah dibuka oleh Asistent Resident. Kantor P & K di Banjarmasin tidak senang dengan adanya Sekolah Katolik di kota Banjarmasin; Gereja Katolik dipandang sebagai konkuren.
Walaupun para guru SD sangat rajin, nilainya korp guru harus ditinggikan. Pater Schoone mulai mencari bruder untuk SD. Sesudah lama mencari-cari akhirnya dengan bantuan Vikaris Apostolik Pontianak Kongregasi Bruder Santa Maria Tak Bernoda (MTB) yang sejak tahun 1921 bekerja di Pontianak mengambil alih SD Katolik di Banjarmasin. Pada tanggal 4 Oktober 1935, 6 (enam) orang bruder mendarat di Banjarmasin.
Nama-nama mereka :
Ø Br. Maternus Brouwers.
Ø Br. Honoratus de Meester.
Ø Br. Mauritius Broeders.
Ø Br. Gaudentius de Bruyn.
Ø Br. Libertus Hoppenbouwers.
Ø Br. Adrianus Kroft.
Nyatalah, bruder-bruder ini disambut dengan riang – gembira. Namun kedatangan bruder ini menyebabkan kesulitan yang besar. Menurut peraturan Kongregasi Bruder ini, para bruder hanya boleh mengajar kepada anak-anak laki-laki, sedangkan SD di Jl. R.K. Ilir adalah sekolah campuran. Pimpinan Kongregasi Bruder tidak mau merubah peraturan itu; jadi hanya ada satu jalan keluar : selekas mungkin membangun SD baru untuk anak-anak perempuan. P. Schoone terus mulai mencari tanah untuk membangun SD Puteri ini. Para promotor realisasi SD di Jl. R.K. Ilir tahun 1933 sekarang bersama Bapak Lim Sek Tjhiang membantu secara luar biasa. Pada tanggal 5 Oktober 1935 murid perempuan pindah dari SD di R.K. Ilir ke SD di Kelayan (Rantauan Timur I). Pada tanggal ini jumlah murid puteri 225 orang.
Disamping membangun, Pater Schoone sibuk mencari suster yang bersedia mengasuh SD di Kelayan. Usahanya berhasil. Pada tanggal 11 Oktober 1937 tiba di Pelabuhan Banjarmasin 5 (lima) orang Suster Fransiskanes Dina (SFD). Nama-nama mereka :
Ø Sr. Laurentine Pijnenburg.
Ø Sr. Clementia Geerden.
Ø Sr. Josephina Jacobs.
Ø Sr. Theobalda van Gool.
Ø Sr. Josephine Ghuis.
Karena Susteran belum selesai, suster tinggal dalam 2 ruangan SD; bulan Juli 1938 Susteran selesai.
Tanggal 1 November 1937 pembukaan Sekolah Kepandaian Puteri di Kelayan. Pada tanggal 29 Mei 1938 bintang “Pro Ecclesia et Pontifice” (voor Kerk en Paus) dari Roma diserahkan kepada Bapak Lim Sek Tjhian sebagai tanda penghargaan jasanya untuk sekolah-sekolah Katolik di Banjarmasin. Gubernur Haga, yang sangat anti-Katolik, coba memboikot upacara penyerahan bintang itu; usahanya tidak berhasil.
Pada tanggal 5 November 1939, Mgr. J. Kusters, Prefekt Apostolik Banjarmasin memberkati Gereja di Kelayan. Separuh dari Gereja jadi perumahan untuk Pastor Schoone untuk sementara saja. Tanggal 11 November 1939 Paroki Kelayan “Santa Maria” didirikan : batas antara kedua Paroki di Banjarmasin adalah Sungai Martapura.
Tanggal 8 Desember 1941 Perang Dunia II meletus; Indonesia menghanyutkan. Banyak orang lari ke Jawa atau masuk pedalaman. Terpaksa sekolah-sekolah ditutup, termasuk yang Katolik. Pada awal 1942 para suster dan bruder atas permohonan Pemerintah pindah ke kota, dekat rumah sakit darurat. Para suster dan bruder telah mengikuti kursus perawat kita, sehingga kalau perlu mereka dapat membantu.
Dengan persetujuan Walikota Banjarmasin, Mgr. Kusters dan semua pastor, bruder dan suster (kecuali satu pastor dan satu bruder) secara sukarela mengambil keputusan tidak lari ke Jawa atau ke pedalaman, melainkan tinggal di Banjarmasin. Tetapi Walikota menerima kabar dari Balikpapan mengenai kelakuan kebinatangan pasukan Jepang, yang membunuh di sana semua orang putih yang ditangkap. Karena itu Walikota menarik kembali izin kepada personil Gereja untuk tinggal di Banjarmasin. Pada tanggal 10 Februari 1942 Walikota memberi perintah keras kepada Mgr. Kusters untuk lari ke Jawa bersama semua suster dan bruder dan satu pastor. Pada hari yang sama mereka bersama banyak orang lain dengan kapal Roda Lampung ke Kuala Kapuas; di sini sebuah perahu Makassar “dipinjam” dan menuju Surabaya, dimana mereka tiba pada tanggal 18 Februari 1942. Semula mereka masih bebas dan para bruder tinggal semua di Bruderan San Louis di Surabaya; kemudian mereka pergi ke rekan mereka di Blitar, dimana mereka ditangkap pada bulan Agustus 1943 dan akhirnya ditawan di Cimahi; dimana mereka dibebaskan bulan Agustus 1945.
Para suster semula menginap di Susteran Ursulin di Surabaya; bekerja juga di rumah sakit. Bulan September 1943 ditawan oleh Jepang dan bulan Februari 1944 mereka ditawan di Semarang, dimana mereka dibebaskan bulan Agustus 1945. Sesudah perang, suster-suster SFD harus pergi ke Holland; mereka telah sangat menderita sebagai tawanan.
Waktu perang mulai bulan Februari 1942 sampai bulan September 1945 tidak ada pastor tetap di kedua Paroki Banjarmasin. Domba tanpa gembala ! Tetapi syukurlah umat Katolik tetap aktif. Kedua paroki kerjasama, dengan dibentuknya semacam Dewan Internparoki. Nama-nama mereka :
Ø Bapak Jozef Toekinoen (agen polisi).
Ø Bapak T.O. Wowor (guru).
Ø Bapak Jozef Liem Hok Tjhiang.
Secara teratur umat Katolik kedua paroki berkumpul pada hari Minggu untuk berdoa bersama dan mendengar firman Tuhan. Bapak Liem adalah warga Paroki Kelayan. Bapak Wowor berfungsi sebagai guru agama dan pengkhotbah.
Selama perang, umat Katolik di Banjarmasin dikunjungi oleh dua pastor Jepang. Pastor Taniguchi ada di Banjarmasin pada akhir tahun 1944 dan Mgr. Al. Ogihara, S.J. ada di Banjarmasin bulan Agustus tahun 1945. Kedua kunjungan ini sangat dipuji oleh umat Katolik Banjarmasin.
Sebelum Perang Dunia II di Paroki Kelayan jumlah orang yang kenal Yesus Kristus sedikit saja. Gedung-gedung Gereja di Paroki Kelayan sesudah perang masih dalam keadaan yang cukup baik, tetapi kurang dipelihara.
Tanggal 9 Nopember 1945 SD Bruder di R.K Ilir dibuka tanpa bruder, tetapi berkat kerajinan para pastor MSF, yang waktu perang dari Kaltim dibawa via Banjarmasin ke Puruk Cahu, tempat mereka dibebaskan oleh pasukan Australia.
SD Suster belum dapat dibuka seperti telah ditulis di atas. Suster-suster atas perintah dokter terus dari Jawa pergi ke Belanda. Lagi gedung SD Suster dipakai oleh Pemerintah sebagai tempat penginapan para pengungsi dari Jawa. Tetapi Mgr. Kusters, yang pada awal bulan November 1945 telah pulang dari Jawa bersama Pater P. Schoone, MSF mati-matian berusaha supaya SD Suster selekas mungkin dibuka. Kebetulan Mgr. Kusters mendengar bahwa di Jakarta ada 13 suster, yang sebenarnya mesti kembali ke Sumatra, tetapi itu tidak mungkin karena daerah Sumatra kurang aman. Vikaris Apostolik Medan setuju, bahwa 13 suster itu boleh bekerja di Banjarmasin selama mereka tidak dapat pulang ke Medan. Tanggal 22 Maret 1945, 9 (sembilan) orang suster tiba di Banjarmasin; bulan September, 4 orang lagi suster-suster ini anggota Kongregasi Suster Fransiskanes dari Bennebroek. Tanggal 1 April 1946 SD Suster dibuka, tetapi di gedung Sekolah Bruder; karena pasukan KNIL telah menduduki gedung SD Suster. Hanya berangsur-angsur gedung sekolah dikembalikan kepada suster. Suster-suster Medan itu sangat rajin. Disamping mengurus SD, mereka juga membuka Kursus Kepandaian Putri : Steno, bahasa Inggris, musik, mengetik dan “last not least” pelajaran agama. Tahun 1949 suster-suster mesti kembali ke Sumatra : Vikaris Apostolik Mgr. Brans memanggil. Dalam tahun yang sama 8 (delapan) orang suster dari Dongen kembali dari Holland ke Banjarmasin. Nama-nama mereka :
Ø Sr. Josephine Jacobs.
Ø Sr. Gebriel Kalkhoven.
Ø Sr. Wynanda Heidkamp.
Ø Sr. Eleuteria Gladdnines.
Ø Sr. M. Antoine Kanters.
Ø Sr. Chaterina van Bommel.
Ø Sr. Clementia Geerden.
Ø Sr. Mauritia van Bavel.
Ø Sr. Brigritte Fijneman.
Tahun 1951 SMP Bruder dibuka. Tanggal 1 Mei 1950 bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar di Sekolah Bruder dan Suster. Saat itu sudah terjadi pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Pemerintah pada tanggal 27 Desember 1949. Tanggal 1 Juli 1953 SMP Suster dibuka. Tahun 1955 ada suara-suara yang mempropagandakan kepindahan Sekolah-sekolah Suster plus Susteran ke tempat yang lebih cocok; menurut beberapa orang lama-kelamaan Sekolah Suster tanpa murid. Ada ide untuk memindahkan Sekolah Suster ke bekas gedung HCS II di Jl. Kol. Sugiyono (Pada waktu itu tangsi militer). Panglima AD setuju. Syukurlah soal kepindahan ini pada akhirnya tidak jadi dilakukan.
Tanggal 22 April 1965 Gereja Hati Mahakudus Tuhan Yesus diberkati oleh Mgr. W. Demarteau, MSF. Pada tanggal ini Paroki ini secara resmi didirikan. Pastor A. Gielens, MSF diangkat menjadi pastor pertama Paroki ini. Paroki ini dipotong dari wilayah Paroki Santa Maria, Kelayan dan Banjarmasin. Batas antara dua Paroki ini adalah Jl. Ulin; sebelah kanan masuk Paroki Kelayan; sebelah kiri masuk Paroki Veteran.
Tahun 1973 Bruderan di R.K. Ilir pindah ke Jl. Veteran. Pada tanggal 10 Desember 1973 Br. Koenraad (anggota Komunitas Bruder MTB di Banjarmasin), ditahbiskan menjadi imam di Tering, Kaltim. Dimana pada waktu itu bruder ini dibawah pimpinan seorang Pater MSF mempersiapkan diri untuk tahbisan tersebut. Sayang sekali, Pastor yang baru ini jatuh sakit tahun 1974 dan meninggal di negeri Belanda tanggal 12 Juli 1975.
Tanggal 9 Oktober 1973 terjadi kebakaran besar di Banjarmasin, dimana pada waktu itu di Kelayan sendiri + 2300 rumah musnah. Dalam peristiwa kebakaran ini, tidak luput pula sebagian dari kompleks Sekolah-sekolah Bruder dilalap api. Dua SD terbakar, juga 6 rumah guru, berikut kantor Yayasan turut menjadi korban. Semua arsip SD I, II dan III habis terbakar, termasuk didalamnya arsip SMP Bruder. Namun berkat kerjasama yang prima antara bruder dan suster di Banjarmasin, semua sekolah tetap berjalan terus. Untunglah Kompleks Bruder yang menjadi korban kebakaran telah diasuransikan dan suatu karya amal di Belanda membayar Fl. 200.000,- (mata uang Belanda).
Tanggal 14 Juni 1981 adalah tanggal yang hitam sekali dalam sejarah Gereja di Keuskupan Banjarmasin, dimana terjadi perpisahan Kongregasi Bruder MTB yang telah berkarya di Banjarmasin sejak tahun 1935. Tahun 1974 Superior Jenderal Kongregasi Bruder MTB sudah memberitahukan kepada Mgr. Demarteau bahwa beberapa tahun lagi semua bruder MTB di Banjarmasin akan pindah ke Kalbar karena tenaga mereka amat diperlukan di sana. Uskup Banjarmasin mengira bahwa nanti rencana tersebut akan dilupakan. Namun Mgr. Demarteau keliru, sebab pada bulan Oktober 1977 Superior Jenderal Bruder MTB di Holland mengirim pemberitahuan yang kedua : “Kongregasi Bruder MTB terpaksa harus lebih memusatkan tenaga di Kalbar dan itu berarti bahwa rumah Bruder MTB di Banjarmasin ditutup.”
Uskup dan banyak orang lain sangat terkejut. Mgr. Demarteau kemudian menghubungi Uskup Agung di Pontianak, mengirim surat kepada Dewan Regional di Pontianak dan kepada Dewan Jenderal di Holland, berunding dengan bruder MTB di Indonesia dan Belanda di Banjarmasin. Para bruder MTB yang ada di Banjarmasin menyatakan bahwa mereka tidak suka dipindah dan sangat menyayangkan penutupan rumah MTB di Banjarmasin.
Usaha Mgr. Demarteau ternyata tidak membuahkan hasil. Superior Bruder MTB menetapkan bahwa tahun belajar 1980/1981 adalah tahun penutup bagi aktivitas bruder MTB di Banjarmasin. Pada tanggal 14 Juni 1981 di aula SMA di Jl. R.K. Ilir diadakan perpisahan resmi. Suasana di aula sangat “down”. Pada waktu itu hadir Br. Domitius, Superior Regional MTB di Kalbar, Mgr. Demarteau, banyak pastor, suster, umat, murid Sekolah Bruder dan para alumni. Isi pidato-pidato yang dibacakan, semua sama : “Perpisahan ini melukai hati, ucapan terima kasih kepada yang pergi dan kepada yang masih tinggal, Tuhan memberkati kita sekalian, semoga!”
Pada akhir bulan Juni 1981 jumlah murid SMP Bruder 369 murid, sedangkan jumlah murid di 3 buah SD Bruder sebanyak 784 murid. SMA Katolik dahulu bukan Sekolah Bruder, tetapi milik Keuskupan Banjarmasin. Berhubung dengan kepidahan bruder MTB ke Kalbar, 3 gedung SD Bruder di Banjarmasin diserahkan kepada Keuskupan Banjarmasin. Secara gratis diserahkan gedung sekolah, tanah sekolah, rumah-rumah guru, inventaris sekolah. Hanya Bruderan di Jl. Veteran yang dibeli oleh pihak Keuskupan.
Sejak tahun 1935 sampai bulan Juni 1981, 36 bruder MTB telah bertugas di Keuskupan Banjarmasin (terdiri dari 26 orang bruder Belanda dan 10 orang bruder Indonesia).
Pada tanggal 23 Mei 1997 terjadi kerusuhan di Banjarmasin. Pada tanggal itu giliran terakhir kampanye Golkar di Banjarmasin, bertempat di lapangan di Jl. Kamboja. Tetapi dengan mendadak di lapangan itu ada juga peserta kampanye dari partai lain yaitu dari PPP. Mereka ini membakar pakaian seragam Golkar. Mereka bersenjata tajam dan menyerang orang-orang Golkar, sehingga jatuh banyak korban dan harus dilarikan ke rumah sakit. Laki dan perempuan yang berpakaian Golkar disuruh membuka baju. Usai memporakporandakan peserta kampanye Golkar, mereka mulai merusakkan gedung Gereja Katedral, kaca-kaca jendela Gereja yang baru saja dipasang dihancurkan. Sekelompok orang mencoba membakar gedung “Sasana Sehati”, tetapi syukurlah masih ada orang-orang yang berani dan berhasil memadamkan api.
Rombongan perusak juga bergerak ke Kelayan. Satu truk penuh massa PPP beserta rombongan massa PPP bersepeda motor bermaksud merusak dan membakar Gereja di Kelayan. Niat mereka dihalang-halangi oleh penduduk kampung karena para penduduk kampung takut bila gedung Gereja dibakar maka dapat menyebabkan seluruh kampung menjadi lautan api. Urung membakar gedung Gereja, mereka memecahkan kaca jendela, merusak pintu-pintu Gereja, memenggal patung, juga merusakkan meja marmer. Tetapi Sakramen Mahakudus dapat diselamatkan oleh koster. Sedang Pastoran tidak mereka rusak.
Sesudah melakukan aksi brutalnya, para perusak menuju Jl. R.K. Ilir. Pada waktu itu SMU Katolik tidak luput dari serangan massa yang ganas. Mereka memecahkan kaca-kaca, merusak pintu-pintu, lemari, komputer dan gambar wakil presiden. Ada sebagian massa yang mengambil komputer dan matras. Gedung SMP Katolik di Kelayan diserang juga, kaca-kaca dipecahkan. SD III Katolik mengalami nasib yang serupa, kaca-kaca jendela dipecahkan, meja-meja dan kursi dirusak. Rupa-rupanya dalam insiden ini, Kompleks Sekolah Suster di Kelayan dilindungi oleh pasukan elite Malaikat.
Berikut ini daftar nama pastor Paroki Santa Maria di Kelayan, Banjarmasin dari tahun 1939 – 2005 :
Ø P. A. Janmaat, MSF 1939
Ø P. P. Schoone, MSF 1939 – 1946
Ø P. M. v. d. Burg, MSF 1947
Ø P. Th. Laseroms, MSF 1947 – 1950
Ø P. L. Bussemakers, MSF 1950 – 1956
Ø P. G. Heyne, MSF 1956 – 1985
Ø P. C. Adi Widjaja, MSF 1985 – 1988
Ø P. A. Suharihadi, MSF 1988 – 1991
Ø P. Al. Darmakusuma, MSF 1991 – 2002
Ø P. F. X. Sumantoro Pranjono, MSF 2002 – 2007
P. Gregorius Sabinus, CP 2002 - 2007 (Pastor Kapelan)
Ø P. Ign. Allparis Freeanggono,Pr 2007 – Sekarang
P. Al. Lioe Fut Khin, MSF 2007 – sekarang (Pastor Kapelan)
“Kalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah tukangnya bekerja.” (Mzm. 127).